KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Pandemi Covid-19 yang telah memukul ekonomi global sejak tahun 2020 telah mendorong peningkatan jumlah orang miskin di kawasan Asia. Hilangnya lapangan pekerjaan telah menghentikan ledakan besar pertumbuhan kelas menengah di Asean dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pergerakan demografi akibat dampak pandemi ini kemungkinan hanya akan sementara. Setelah ekonomi pulih maka jumlah kelas menengah akan kembali tumbuh. Studi terbaru dari Word Data Lab memperkirakan lebih dari 1 juta orang di Asia akan bergabung dengan kelas menengah global pada tahun 2030. Berdasarkan studi terbaru yang dikutip Bloomberg, Jumat (3/9), jumlah masyarakat kelas menengah di dunia dengan pengeluaran per kapita sekitar US$ 11 -US$ 110 per hari akan mencapai 3,75 miliar tahun ini. Kelompok kelas ekonomi ini diprediksi akan terus tumbuh hingga 2030.
Word Data Lab memproyeksi kontributor terbesar pertumbuhan kelas menengah di dunia dunia dalam satu dekade mendatang akan berasal dari negara-negara Asia dengan populasi penduduk terbesar. China dan India diprediksi akan menambah sekitar tiga perempat miliar anggota kelas menengah dunia. Baca Juga: Kim Jong Un akui pandemi dunia semakin di luar kendali Selain dua negara tersebut, kontributor terbesar lainnya terhadap pertumbuhan kelas menengah global juga berasal dari negara di Asia. Indonesia yang diperkirakan akan memiliki kelompok kelas menengah keempat terbesar di dunia pada 2030, menyalip Rusia dan Jepang. Bangladesh, negara berpenduduk padat seukuran Lowa akan naik peringkat lebih cepat dibanding negara lainnya. Negara ini diperkirakan akan melesat ke posisi 11 dari peringkat 28, menambah lebih dari 50 juta konsumen kelas menengah. Jumlah kelas menengah Indonesia diperkirakan akan mencapai 75,8 juta. Sementara Bangladesh mencapai 52,4 juta. Adapun negara Asia lainnya yang akan menyumbang kenaikan kelas menengah global adalah Filipina dan Vietnam. Masing-masing diperkirakan akan mencapai 37,5 juta dan 23,2 juta.