KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Biaya kredit atau cost of credit (CoC) di sejumlah bank makin menurun. Ini sejalan dengan kualitas kredit yang terus membaik juga pencadangan yang cukup memadai. Penurunan biaya kredit turut dialami bank besar. Misal, biaya kredit (CoC) BCA turun dari 0,7% di 2022 menjadi 0,3% pada tahun 2023. Lalu, di BNI turun dari 1,9% menjadi 1,4% di 2023, biaya kredit di Bank Mandi juga turun dari 1,44% menjadi 0,85%. Kemudian, di CoC BRI menyusut dari 1,41% menjadi 0,99% di 2023, BTN turun dari 1,4% menjadi 1,2%. Serta, CIMB Niaga mencatatkan CoC dari 1,85% di 2022 menjadi 1,03% di 2023.
Para bankir pun yakin biaya kredit di tahun ini akan terus melandai seiring ekonomi yang makin pulih dan kualitas kredit yang semakin membaik. Asal tahu saja, semakin efisien bank dalam menjaga biaya kredit maka semakin tinggi tambahan laba yang bisa didapat.
Baca Juga: CIMB Niaga Menutup Tahun 2023 dengan Perolehan Kinerja Tertinggi Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo mengatakan, faktor pendorong menurunnya biaya kredit dikarenakan kualitas kredit baru sudah jauh lebih baik. Jjumlah kredit restrukturisasi covid-19 yang terus menurun, juga Loan at Risk (LAR) dan Non Performing Loan (NPL) yang juga terus menurun dengan strategi penagihan dan recovery yang lebih efektif. "Kami akan menjaga CoC berada di level 1,1%-1,2% pada tahun 2024 ini, melandai dibawah tahun lalu yang berada di level 1,2%," ucap Setiyo kepada kontan.co.id, Rabu (21/2). Dalam rangka menurunkan CoC, BTN melakukan berbagai inisiatif perbaikan kualitas kredit. Antara lain, digitalisasi dan sentralisasi proses bisnis perkreditan, pembentukan unit recovery dan asset sales. Di sisi lain, Setiyo mengungkapkan, outstanding restrukturisasi Covid-19 BTN tersisa Rp 10 triliun, dan yang diperkirakan downgrade (turun) hanya 5%-7% dari jumlah itu. “Proyeksi kami yang akan turun ke NPL tidak akan banyak lagi, maksimum Rp 2 triliun karena sebagian besar sudah downgrade di tahun sebelumnya, dan kami sudah siapkan pencadangan yang cukup, dengan memperkuat unit collection dan recovery,” ujar Setiyo. Sementara itu, kendati tidak membeberkan berapa CoC yang akan dijaga di tahun ini, Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Agustya Hendy Bernadi mengaku, dalam menjaga CoC akan terus menyalurkan kredit secara selective growth, terutama menyasar segmen yang resilient apabila terdapat gejolak ekonomi. "BRI juga menjalankan soft lending strategy dalam pengelolaan risiko kredit dimana penilaian dilakukan dengan berdasarkan kondisi riil dari bisnis debitur sehingga akan dilakukan downgrade terhadap kredit-kredit yang tidak dapat dilakukan restrukturisasi," ungkap Hendy. Untuk diketahui, Per Desember 2023, outstanding kredit restrukturisasi Covid-19 di BRI mencapai Rp 54,5 triliun. Jumlah ini menyusut dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 107,2 triliun. Beberapa waktu lalu Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, jelang berakhirnya kebijakan restrukturisasi tersebut, BRI telah menyiapkan pencadangan yang cukup dan memadai. “Sekarang NPL coverage BRI per Desember 2023 itu 215,27%, lebih dari dua kali dari NPL sudah kita cadangkan. Saya kira itu lebih dari cukup ya. Dan kemudian kualitas kredit atau NPL BRI terkendali di level 2,95%,” tambahnya. Di samping itu, strategi lain yang dilakukan yakni dengan selective growth dan tetap memperkuat risk management. BRI telah membentuk regional risk management di setiap wilayah untuk mengawal kualitas kredit serta secara aktif melakukan monitoring pada portofolio kredit. Sementara, PT Bank CIMB Niaga (BNGA) akan menjaga CoC berada di level 1,0%-1,1% pada tahun 2024 ini. Direktur Utama CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, pada tahun lalu pihaknya banyak berfokus kepada perbaikan kualitas aset sebagai persiapan pertumbuhan aset/loan berikutnya, terutama setelah nanti ada penurunan BI rate di semester II-2024. "Kami siapkan CoC tahun ini bisa di kisaran 1,0%-1,1% sejalan dengan risk appetite di retail dan UMKM," katanya.
Baca Juga: OJK Optimistis Kinerja Sektor Keuangan Catatkan Tren Positif Tahun Ini Lani menerangkan, restrukturisasi kredit ex Covid-19 sudah sangat kecil dan akan habis di Maret tahun ini dan tidak akan memberatkan NPL. "Kami teruskan prudent credit underwriting dan pemilihan segment yang profitable tahun ini sehingga NPL bisa tetap terjaga rendah. Tentu saja faktor Cost of Fund (CoF), biaya dana akan juga menentukan untuk pertumbuhan loan yang return-nya bagus," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat