KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah lender atau pendana fintech P2P lending terus meningkat seiring pertumbuhan penyaluran pinjaman. Direktur Utama PT Pasar Dana Pinjaman atau Danamas Dani Lihardja menjelaskan, alasan para lender tertarik untuk mendanai di fintech P2P karena memberikan return yang menarik dan kompetitif. Selain itu, memberikan pilihan tenor pinjaman yang bervariatif, memiliki tingkat keberhasilan pengembalian yang besar, juga cepat dan efektif," kata Dani kepada kontan.co.id, Selasa (15/6).
Dani mengatakan, platformnya memang didominasi oleh pendana ritel/personal yang juga dari Indonesia, porsinya mencapai 99%. Sementara dari lender korporasi hanya sebesar 1%. Untuk imbal hasilnya yaitu sebesar 11% p.a - 20% p.a. Sampai dengan Mei 2021 pertumbuhan jumlah lender meningkat hingga 120,66% dari tahun sebelumnya. Sementara sampai akhir tahun, Dani menargetkan penyaluran pinjaman capai Rp 1,08 triliun.
Baca Juga: BRI Agro sudah salurkan kredit Rp 348 miliar lewat fintech Untuk menggaet para lender, Danamas melakukan promosi melalui media sosial, kemudian memanfaatkan jaringan cabang kantor representatif Danamas di seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan produk Danamas. Untuk menjaga track record pembayaran pinjaman, Danamas selalu melakukan verifikasi terhadap para peminjam. Danamas melakukan Kerjasama dengan perusahaan asuransi sebagai mitigasi risiko kepada pemodal. Sehingga calon pemodal tertarik untuk melakukan pendanaan di Danamas karena memiliki rasa aman atas dana yang disalurkan. Sementara itu CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Tambunan mengungkapkan, alasan para lender tertarik untuk mendanai di fintech P2P karena returnnya yang menarik. "Namun besar juga faktor karena mereka sudah melihat
track record pinjaman di Akseleran di hampir 4 tahun terakhir, yang NPL-nya relatif rendah," kata Ivan. Ivan mengungkapkan, pertumbuhan lender Akseleran meningkat 20%, dari Mei 2020 yang berada di angka 124.000 lenders, menjadi 150.000 lender pada Mei 2021. Porsi lender institusi Akseleran saat ini mencapai 30% dari lebih dari 15 partner, dan dihiasi institusi lokal maupun global. Sementara porsi lender ritel kini mencapai 70% akan tetap akan dipertahankan sebagai bentuk diversifikasi lender. Ia menyebut, imbal hasil Akseleran saat ini sekitar 13,5% p.a, dengan proteksi asuransi kredit yang melindungi 90% dari pokok pinjaman. Hingga akhir tahun pihaknya menargetkan bisa menyalurkan pinjaman sebesar Rp 2 triliun. Ivan juga mengharapkan kontribusi pemberi pinjaman retail dan institusi yang relatif stabil, dengan proporsi retail sekitar 60%, dan institusi sekitar 40%. Dalam upaya menggaet para
lender, Akseleran memiliki strategi untuk berikan peace of mind dengan
risk management yang
prudent, perlindungan asuransi kredit dan NPL yang rendah, memberikan
user experience yang terbaik, dengan proses yang
seamless dan full online, juga dengan return yang menarik.
Baca Juga: OJK: UU perlindungan data pribadi dibutuhkan pengguna fintech lending Serupa, CEO PT Alami Fintek Sharia atau Alami Dima Djani juga menjelaskan, alasan para lender tertarik untuk mendanai di fintech P2P karena kombinasi dari return yang menarik dan kepercayaan para lender dengan P2PL yang berizin di OJK serta berhasil melewati krisis pandemi.
"Pertumbuhan lender naik 133,6% di bulan Mei 2021 dari bulan Mei 2020. Dari porsi nilai pendanaan, funder individu menyumbang 40.95%, dan funder institusi menyumbang 59.05% di bulan Mei 2021," ujar Dima. Dima menyebut, imbal hasil rata-rata pendanaan di bulan Mei 2021 adalah 15% per tahun. Pihaknya memproyeksikan pendana individu bisa menyumbang 50% dari total pendanaan bulanan Alami. Untuk menggaet para lender, Alami memilik strategi di antaranya memuluskan user experience, memperkuat customer service, menjaga TKB90 dan memperbanyak proyek-proyek UMKM di aplikasi Alami.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi