Jumlah Startup di Indonesia Terbanyak Keenam Dunia, Menteri Teten: Harus Dikembangkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia menempati posisi keenam negara dengan jumlah perusahaan rintisan alias startup terbanyak. Indonesia tercatat memiliki 2.492 startup.

Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki mengatakan, jumlah startup yang banyak tersebut menjadi embrio yang baik untuk dikembangkan. Pasalnya pemerintah kini sedang gencar dalam meningkatkan rasio kewirausahaan di Indonesia.

Rasio kewirausahaan di Indonesia saat ini baru 3,47%. Padahal untuk menjadi negara maju rasio kewirausahaan minimum 4%. Rata-rata rasio kewirausahaan negara maju saat ini ialah 12%. Maka di tahun 2024, pemerintah menargetkan rasio kewirausahaan hingga 4%.


"Kita beruntung di Indonesia jadi nomor enam di dunia. Saya kira kita punya embrio yang baik untuk dikembangkan. Bagaimana sekarang kita bantu mereka menghubungkan dengan pembiayaan dan lainnya," kata Teten dalam Road To Indonesia Start Up Ecosystem Summit 2023 di Kanal YouTube KemenkopUKM, Jumat (11/8).

Baca Juga: Teten: Presiden Setuju Penghapusan Kredit Macet UMKM hingga Rp 5 Miliar

Teten mengatakan, pemerintah tak hanya membantu startup terhubung dengan modal ventura namun juga dengan investor dari luar. Misalnya saja Jepang dan Korea Selatan yang disebut Teten, tertarik untuk bekerjasama dengan startup di Indonesia.

Kemudian dengan adanya dua kebijakan yakni substitusi impor untuk pengadaan barang dan jasa pemerintah, serta hilirisasi seluruh sumber daya alam, menyebut akan mendorong pengembangan UMKM dan koperasi. Kata Teten, dengan dua kebijakan tersebut investor dari Jepang dan juga Korea Selatan tertarik untuk masuk ke pasar Indonesia.

"Para startup ini yang potensial kita koneksikan dengan investor-investor dari luar," kata Teten.

Oleh karena itu, Teten mengatakan, harus disiapkan inkubator bagi para startup atau entrepreneur. Menurutnya kampus menjadi wadah yang tepat untuk menjadi pabrik dari entrepreneur/startup.

Meski demikian, Indonesia juga harus menyiapkan produk yang memiliki daya saing tinggi dengan produk luar. Pasalnya ekonomi nasional 53% ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Dengan mengefektifkan konsumsi rumah tangga untuk membeli produk lokal, maka akan memperkuat ekonomi nasional.

"Oleh karena itu market dalam negeri kita harus protect dari produk-produk luar. Tapi bersamaan kita juga harus menyiapkan produk UMKM kita yang berkualitas dan berdaya saing," kata Teten.

Baca Juga: Menilik Kualitas KUR Perbankan Saat Jadi Prioritas Kredit UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat