Juni 2013, unit penyertaan ETF meningkat 34%



JAKARTA. Produk reksadana yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) alias exchange traded fund (ETF) mencatat pertumbuhan unit penyertaan tertinggi pada semester pertama tahun ini. Data Infovesta Utama menunjukkan, unit penyertaan ETF per Juni 2013 naik 34,21% menjadi 703,14 juta unit ketimbang akhir tahun lalu 523,91 juta unit.

Total unit penyertaan yang masih lebih tipis ketimbang reksadana saham menyebabkan pertumbuhan ETF paling tinggi dibanding produk lain. Pada periode sama, unit penyertaan reksadana saham naik 17,04% menjadi 34,62 miliar unit.

Analis Infovesta Utama Viliawati menduga, lonjakan unit penyertaan ETF disebabkan penambahan dua produk ETF anyar, yakni Premier RTF Indonesia Consumer dan ETF Syariah Jakarta Islamic Index (JII) oleh PT Indo Premier Investment Management (IPIM). "Karena akhir tahun lalu jumlah ETF masih minim, maka penambahan unit penyertaan yang terjadi pada dua produk baru mengakibatkan kenaikan yang signifikan," ujar Vilia, Rabu (17/7).


Direktur IPIM Diah Sofiyanti membenarkan hal ini. Menurut dia, kenaikan unit penyertaan ditopang oleh peluncuran dua produk ETF baru. "Saat ini total dana kelolaan kedua produk baru itu sudah Rp 200 miliar," ujar Diah.

Vilia memperkirakan, ETF bisa memberikan return menguntungkan bagi investor. Optimisme tersebut ditopang oleh Indeks Harga Saham Gabungan yang diperkirakan berada di kisaran 4.950-5.000 di akhir tahun.

Menurut Vilia, ETF berbasis saham bisa menjadi salah satu instrumen pilihan investor di tengah kondisi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan pelemahan rupiah. Instrumen ini tidak terlalu terpengaruh oleh kenaikan BI rate.

Berbeda dengan produk berbasis pendapatan tetap yang terancam mengalami return negatif akibat kenaikan BI rate. Sebab, kenaikan BI rate ikut memicu melonjaknya yield dan tekanan harga obligasi yang menjadi aset dasar. "Sehingga ETF yang berbasis pendapatan tetap kurang menarik di tahun ini," tutur Vilia.

Infovesta mencatat, kinerja ETF Asian Bond Fund Indonesia Bond Index (ABF IBI) Fund yang dikelola PT Bahana TCW Investment Management anjlok dengan return minus 13,74% year to date hingga 16 Juli 2013. Sedangkan dua produk ETF dengan basis saham milik IPIM tercatat positif. Keduanya, yakni Premier ETF IDX 30 memberi return 7,62% dan Premier ETF LQ-45 memberikan return 7,15% kepada investornya.

Namun, kinerja ETF berbasis saham ini masih kalah dibanding indeks acuannya. Kinerja IDX 30 mencapai 10,31% dan LQ45 sebesar 9,38% pada periode yang sama. Menurut Vilia, kondisi ini wajar. "ETF memang tidak ditujukan untuk mengalahkan indeks acuan. ETF yang baik memberikan imbal hasil yang paling mendekati kinerja indeks acuan," tutur Vilia.

Soni Wibowo, Direktur Bahana TCW Investment Management mengungkapkan, per akhir Juni 2013, posisi dana kelolaan Bahana ABF Bond Index mencapai Rp 1,4 triliun. Ia menilai, dana kelolaan ini ikut tergerus mengingat koreksi di pasar surat utang. "View obligasi lebih bearish dibanding saham karena rentan terhadap suku bunga. Kami memperkirakan return akhir tahun ini masih minus kurang lebih 5%," ungkap Soni.

Sejauh ini, belum ada investor Bahana yang melakukan redemption. Sebab, investor memiliki tujuan investasi jangka panjang. Soni memprediksi, dana kelolaan hingga akhir tahun akan stagnan di sekitar Rp 1,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati