Juragan tahu dan tempe kurangi produksi



JAKARTA. Seretnya pasokan kedelai di dalam negeri membuat harga komoditas bahan baku pembuatan tempe terus merangkak naik. Saat ini, harga bahan baku kedelai untuk tempe sudah mencapai harga Rp 7.000 per kilogram (kg) atau naik 32% dibandingkan harga rata-rata tahun lalu Sebesar Rp 5.300 per kg. Kenaikan itu membuat perajin tempe, tahu, ataupun susu kedelai mengeluh, sebab mereka tidak bisa merta-merta menaikkan harga produk mereka secara langsung. "Dari 7.000 produsen tahu tempe, 20% di antaranya sudah hentikan produksi karena keterbatasan modal," klaim Asep Nurdin, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Barat, Selasa (29/5). Ia bilang, agar produksi tahu tempe tetap berjalan, produsen mengurangi pasokan bahan baku lantaran tingginya modal yang harus dikeluarkan. Misalnya, dari awalnya memproduksi tiga kuintal setiap pekan, kini mereka hanya memproduksi satu kuintal kedelai per pekan.

Mengenai harga jual untuk tahu, mereka tetap mematok harga Rp 5.000 per potong dan tahu Rp 500 - Rp 600 per biji. Agar tetap beruntung, produsen menyiasatinya dengan memperkecil ukuran produk tahu dan tempe tersebut. "Kami harap pemerintah turun tangan mengendalikan harga, sebab ke depan harga lebih melonjak, apalagi China butuh kedelai banyak tahun ini," imbuh Asep. Kondisi ini diakui oleh Singgih Prayogo, Direktur Utama CV Partner Indonesia, produsen susu kedelai. Ia bilang, pihaknya selama ini memakai kedelai kualitas super sebagai bahan baku susu kedelai. Saat ini harga pembelian kedelainya naik menjadi Rp 7.500 per kg atau meningkat 10,2% dibandingkan harga rata-rata tahun lalu Rp 6.800 per kg. Beruntung, harga gula yang juga menjadi bahan baku susu kedelai tidak mengalami kenaikan. Sehingga produksi dan penjualan Singgih masih bisa bertahan. “Kondisi kami lebih stabil daripada produsen tempe," kata Singgih. Melonjaknya harga kedelai justru disambut baik pemerintah dengan harapan dapat merangsang petani lokal meningkatkan produktivitasnya. Udhoro Kasih Anggoro, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian bilang, selama ini harga kedelai impor lebih murah dibandingkan kedelai lokal sehingga berdampak pada lesunya produksi petani dalam negeri. Realisasi produksi kedelai lokal pada kuartal pertama tahun ini mencapai 194.088 ton, atau 47,6% dari target yang ditetapkan pemerintah sebanyak 407.569 ton. Adapun luas panen periode Januari-Maret lalu mencapai 135.721 ha, atau baru 11% dari target luas panen sebesar 1,25 juta ha tahun 2012.

"Petani kita sangat kurang diberikan intensif. Tahun ini saja, bantuan kepada petani hanya mencapai 30% dari total kebutuhan petani," akunya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri