Jurus BPDP Sawit menggenjot konsumsi biodiesel



JAKARTA. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDP Sawit berkomitmen untuk meningkatkan konsumsi biodiesel di dalam negeri. Caranya dengan memberikan subsidi untuk harga jual biodiesel B10-B15.

Direktur Utama BPDP Sawit Bayu Krisnamurthi menegaskan mekanisme pemberian subsidi tersebut akan sama dengan subsidi kepada BBM fosil yaitu kepada konsumen bukan kepada produsen.

“Kita akan berikan subsidi kepada harga jual B10-B15 kepada konsumen sehingga konsumsi di dalam negeri bisa meningkat,” katanya Senin (22/6).


Selain memberikan subsidi kepada konsumen, menurut Bayu BPDP sawit juga akan mewajibkan provider BBM untuk menjual biodiesel sehingga diharapkan seluruh SPBU di Indonesia bisa memenuhi kebutuhan konsumen.

“Kita akan wajibkan semua provider beli B10-B15 jadi nantinya seluruh SPBU ada pasokan itu,” tambahnya.

Guna memuluskan rencana tersebut, BPBD Sawit rencananya akan mengadakan pertemuan regular dengan para pelaku industry terkait sehingga ketergantungan akan bahan bakar fosil bisa terus dikurangi. “Perlahan tapi pasti kita akan tingkatkan konsumsi BBN dan mengurangi konsumsi BBM Fosil,” katanya.

Bayu juga memastikan lembaga yang dipimpinnya akan memberikan perhatian yang sangat serius terhadap pengembangan bahan bakar nabati yang berasal dari sawit dengan mendukung program riset sehingga Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar yang berasal dari fosil.

“Penyaluran dana juga digunakan untuk mendukung program mendasar, seperti riset, pengembangan teknologi, sumber daya manusia, sarana, dan prasarana,” tambahnya.

 Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas BPDP Sawit Rusman Heriawan menegaskan dalam jangka panjang pengurangan terhadap ketergantungan akan Bahan Bakar Minyak dari fosil akan menguntungkan Indonesia karena peningkatan konsumsi BBM bisa dipenuhi oleh BBM yang kandungan bionya semakin besar.  Ditambah lagi, biodiesel tidak akan terpengaruh dengan fluktuatif harga minyak dunia.

“Kalau sekarang mungkin belum bisa dirasakan manfaatnya. Bayangkan jika harga minyak dunia mengalami kenaikan kembali hingga ke level 100 dollar per barel bagaimana nasib kita,” tegas Rusman.

Rusman mengakui saat ini pengembangan mandatory biodiesel sangat tidak popular karena harga BBM fosilnya masih murah di pasaran dan hal itu lebih rendah dibandingkan dengan kita memasukkan unsur bio di dalamnya.

“Saat ini indeks kekinian BBM fosil masih rendah sehingga menyebabkan para pengusaha masih enggan mengembangkan bio energy. Namun kita harus berpikir dalam jangka panjang yaitu menciptakan ketahanan energy,” tambah Rusman.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peran BPDP menurut Rusman akan melakukan pengembangan bio energy yang akan menguntungkan Indonesia di masa depan. “Pengembangan ketahanan energy ini merupakan kerja jangka panjang yang akan dilakukan pemerintah dan BPDP,” lanjutnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto