Jurus Garuda hadapi terus merosotnya rupiah



JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk mengklaim sudah menempuh dua opsi yaitu "hedging" (lindung nilai) valas dan efisiensi untuk mengantisipasi terus merosotnya nilai tukar rupiah yang sudah menembus angka psikologis Rp 14.500 per dollar AS.

"Penurunan rupiah tentu saja menekan margin keuntungan, tapi tidak terlalu dalam karena kami sudah melakukan kalkulasi nilai tukar hingga Rp16.000 dollar AS," kata Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, di sela-sela acara "CFO BUMN Forum: Sinergi Bagi Ekonomi Negeri", di Gedung Pertamina, Selasa (22/9).

Menurut dia, untuk memastikan penurunan margin tidak terlalu besar perseroan menempuh kebijakan efisiensi dari sisi "non fuel" (non bahan bakar), yaitu efisiensi dalam hal operasi dan pemasaran dan "hedging" (lindung nilai) mata uang valas.


"Sampai dengan Agustus 2016, Garuda sudah melakukan efisiensi non fuel hingga 95 juta dollar AS," ujarnya.

Sedangkan dari sisi bahan bakar (fuel), penghematan penggunaan avtur hingga 213 juta dollar AS, terutama setelah harga minyak dunia mengalami penurunan tajam.

Ia menjelaskan, sejak awal tahun 2015 Garuda menetapkan asumsi rata-rata nilai tukar rupiah pada level Rp13.038 per dollar AS, dan kemungkinan akan menaikkan asumsi rupiah rata-rata di kisaran Rp13.500 per dollar AS.

Dalam situasi seperti sekarang ini di mana rupiah menembus Rp14.500 per dollar AS (Selasa, 22/9), Ngurah Askhara menyatakan masih dalam dalam kisaran yang bisa diantisipasi.

"Kita sudah buat "stress case" (uji kalkulasi) jika nilai rupiah mencapai rata-rata Rp16.000 per dollar AS. Pastinya ada dampak, namun masih positif," katanya.

Meski begitu ia tidak merinci lebih lanjut seberapa besar penurunan margin pendapatan yang dimaksud.

Ia hanya menjelaskan, bahwa pada industri penerbangan margin pendapatan jauh di bawah 10 %. "Margin keuntungan kita usahakan tetap, sesuai dengan kemampuan masyarakat," ujarnya.

Khusus "hedging", Ngurah Askhara mengatakan, Garuda melakukan dua cara yaitu lindung nilai untuk aset liabilitas dan transaksi tunai (cash transcation).

"Untuk hedging hutang aset tidak dilanjutkan karena bisa mengcover hutang dalam dollar AS. Sedangkan transaksi tunai, kita hedging rata-rata 20-25 juta dollar AS per dua minggu," ujarnya.

Dengan begitu diutarakan Ngurah Askhara, secara keseluruhan proyeksi pendapatan dan laba bersih pada 2015 masih dalam koridor yang ditargetkan atau "on the track".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto