Jurus Jitu Investree Atasi Gagal Bayar, Suntik Modal Baru dan Restrukturisasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemegang saham mayoritas PT Investree Radhika Jaya (Investree), yakni Investree Singapore Pte. Ltd., tampaknya telah memutuskan cara terbaik untuk menyelesaikan permasalahan gagal bayar yang terjadi selama ini, yakni dengan suntikan modal baru dari investor dan restrukturisasi.

Mewakili Investree, Co-Founder atau Director Investree Singapore Pte. Ltd., Kok Chuan Lim, mengatakan pihaknya akan ikut campur dalam penyelesaian masalah gagal bayar yang terjadi dengan mengambil cara restrukturisasi.

“Kami berharap dapat segera menyelesaikan rencana restrukturisasi dengan penyuntikan ekuitas baru dari investor,” ucap Lim dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Rabu (31/1).


Mengenai cara yang diambil Investree, Kuasa Hukum Lender Investree Grace Sihotang merasa optimistis dana lender akan kembali lagi. 

"Kenapa? Sebab, Investree itu menurut saya punya perusahaan induk di Singapura dan bisa menyuntikkan dana. Istilahnya, kestabilannya masih lebih baik, jika dibandingkan TaniFund. Kalau TaniFund itu perusahaan yang dimiliki pemodal lokal, sehingga penyelesaiannya pun akan sulit," ungkapnya kepada Kontan, Kamis (1/2).

Baca Juga: Pemilik Investree Bakal Suntik Ekuitas Baru dari Investor, Ini Kata Lender

Grace pun mencontohkan skema Investree soal penyuntikan modal dari investor ibarat seperti kondisi Indonesia saat 1998. Dia bilang saat itu masa saat krisis moneter menyebabkan keuangan Indonesia hancur, tetapi segera mendapat suntikan dari pemerintah negara lain.

Grace menyebut Investree juga punya nama besar perusahaan induk dan dia meyakini platform tersebut masih bisa meminjam modal untuk menangani masalahnya supaya menjadi normal lagi.

"Saya percaya akan bangkit kembali dan bisa menyelesaikan masalah lender dengan suntikan dana itu," ujarnya.

Mengenai penyuntikan permodalan dari investor, salah satu lender Investree, Dessy Andiwijaya, mengaku agak pesimistis dengan rencana tersebut. Dia bilang investor tentu akan menimbang kembali keputusan untuk menyuntikkan modal mengingat Investree kini tengah diterpa banyak masalah.

"Sebab, track record Investree di Indonesia sudah sangat buruk. Namun, kalau ada keajaiban investor menyuntikkan modal lagi, kemungkinan dana lender akan kembali," ungkapnya kepada Kontan, Kamis (1/2).

Dessy pun tak mempermasalahkan terkait rencana Investree yang akan menggunakan cara restrukturisasi untuk menyelesaikan masalah gagal bayar. Dia menyebut akan mengikutinya selama cara tersebut bisa mengembalikan uang yang dimilikinya.

"Iya enggak apa-apa kalau dicicil," katanya.

Baca Juga: Masalah Gagal Bayar, OJK Sering Sambangi Kantor Investree Sejak Akhir November 2023

Sementara itu, pemegang saham mayoritas diketahui telah memberhentikan Adrian Gunadi dari Investree. Mengenai hal tersebut, Dessy berpendapat keluarnya Adrian akan memberikan dampak terhadap pengembalian uang lender.

"Sebab, kami juga tidak tahu dan masih menerka-nerka apakah ada masalah internal di dalam Investree atau adanya penyalahgunaan jabatan, seperti isu-isu yang beredar bahwa ada penggelapan dana," katanya.

Dessy mengatakan para lender yang lain juga makin bingung dengan pengembalian uang nantinya. Sebab, janji dan sistem asuransi Investree dibangun oleh pimpinan-pimpinan Investree yang lama, salah satunya Adrian.

"Jelas merasa bingung karena rasanya internal Investree juga sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Kami harus menagih ke siapa? sedangkan customer service Investree juga selalu memberikan balasan template," ungkapnya.

Menurut Dessy, untuk sekarang seharusnya Investree lebih berfokus untuk bertanggung jawab terhadap penyelesaian masalah gagal bayar. 

Di sisi lain, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda berpendapat permasalahan gagal bayar bisa saja terselesaikan apabila Investree benar-benar mendapatkan suntikan permodalan baru. Dia bilang salah satunya bisa mengandalkan pendanaan dari JTA International Holding.

"Investree memang ada pendanaan dari JTA, tetapi uangnya belum cair. Kasus Investree sebenarnya sudah dari beberapa bulan yang lalu, permasalahannya menumpuk sembari menunggu pencairan dana. Pencairan dana pun biasanya diiringi dengan kondisi khusus, semisal kinerja perusahaan atau kondisi lainnya. Saya rasa bisa menjamin pengembalian dana lender apabila pendanaan dari JTA sudah cair," ungkapnya kepada Kontan.

Nailul mengatakan Investree kemungkinan besar akan menunggu pencairan dana dari JTA tersebut. Dia bilang mereka akan sangat bergantung dari dana JTA tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Baca Juga: Masalah Gagal Bayar Investree Bikin Pemegang Saham Turut Ambil Tindakan

Adapun platform fintech lending tersebut pada Oktober 2023 melalui perusahaan induknya Investree Singapore Pte Ltd (Investree Group), mendapat pendanaan seri D melalui pendirian joint venture resmi di Doha, Qatar. Dalam pendanaan seri D, Investree mendapatkan lebih dari 220 juta Euro atau sekitar Rp 3,6 triliun. Putaran pendanaan yang terbaru dipimpin oleh JTA International Holding. 

Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, JTA International Holding dan Investree telah mendirikan perusahaan joint venture bernama JTA Investree Doha Consultancy sebagai pusat Investree di area Timur Tengah untuk menawarkan solusi teknologi pinjaman digital kepada UMKM. Salah satunya layanan penilaian kredit berbasis artificial intelligence (AI).

Adapun joint venture itu adalah kolaborasi antar JTA International Holding dan Investree untuk menghadirkan teknologi inovatif yang dibangun di Indonesia untuk memberdayakan UMKM di Qatar, Timur Tengah, dan Asia Tengah. 

Sebagai informasi, Investree tengah dihadapkan masalah kredit macet. Adapun TKB90 Investree pada 1 Februari 2024 sebesar 83,56%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari