Jurus Kementerian Pariwisata menggenjot wisata kuliner



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, wisatawan mengeluarkan 30%-40% dari total pengeluaran mereka untuk wisata kuliner dan belanja. Karenanya, Kementerian Pariwisata (Kempar) persiapkan strategi untuk tingkatkan wisata kuliner bagi wisatawan mncanegara.

“Wisata kuliner memberikan kontribusi tertinggi bagi PDB (Pajak Domestik Bruto), yaitu 42%. Kedua, fashion 18% dan ketiga kriya 15% yang masuk dalam kategori Belanja,” ujar Arief dalam keterangan pers yang diterima Kontan.co.id, Selasa (18/9).

Menpar Arief Yahya juga menyampaikan wisata kuliner mempunyai portofolio produk sempurna, karena Size-nya besar, Sustainability tinggi, dan Spread-nya besar.


Namun untuk menarik wisman agar berwisata kuliner dan belanja di Indonesia, ada beberapa hal yang harus diperbaiki.

“Wisata kuliner dan belanja untuk wisatawan nusantara (wisnus) tidak ada isu, sedangkan bagi wisman banyak isu yang harus diperbaiki,” kata Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya didampingi Ketua Umum DPP APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia) Stefanus Ridwan dan Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar Vita Datau Messakh pada kesempatan itu menjelaskan, tiga hal yang harus diperbaiki dalam kuliner yaitu National Food, Destinasi Wisata Kuliner, dan melakukan co-braning dengan restoran Indonesia di seluruh dunia.

Menpar Arief Yahya memberi perbandingan dengan Thailand yang memiliki Tom Yum sebagai National Food, banyak destinasi wisata kuliner, serta 16.000 restoran Thai tersebar ke seluruh dunia.

“Kami menetapkan soto sebagai national food ditambah 4 makanan (rendang, nasi goreng, sate, dan gado-gado) sebagai nation’s food versi Kempar,” katanya.

Sedangkan untuk destinasi kuliner, Kemenpar telah menetapkan di Bali, Bandung dan Joglosemar (Yogyakarta, Solo, dan Semarang). Kemudian untuk co-branding, Kempar bekerjasama dengan menggandeng restoran diaspora mancanegara.

“Kalau mengikuti cara Thailand yang memberikan soft loan sekitar Rp 1,5 miliar per restoran kami tidak mempunyai anggaran. Sebagai solusinya, kami menggandeng 10 restoran diaspora di mancanegara untuk melakukan co-branding Wonderful Indonesia. Mereka menyajikan national food seperti soto, rendang, nasi goreng, sate, dan gado-gado,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto