Kebanyakan dari kita pasti pernah bahkan sering menggunakan jasa ojek daring. Mungkin Gojek, Grab, ataupun Uber. Kehadiran mereka dianggap keren dan sempat menggoyang pemain bisnis transportasi konvensional di negeri ini. Citra keren ini mungkin yang membuat para anak muda tertarik mendirikan
startup. Selain, tentu saja, potensi bisnisnya yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Namun sejatinya,
startup teknologi tidaklah berbeda dengan usaha kebanyakan. Ada proses produksi, manajemen sumber daya manusia, kerja pemasaran, dan target pertumbuhan omzet dan laba yang mesti dikejar. “Kadang-kadang orang melihat
startup itu sesuatu yang
cool, padahal
startup itu tidak lebih dari sebuah usaha,” terang Andi Taru, pendiri dan pemilik Educa Studio, pengembang aplikasi edukasi anak-anak Marbel.
Mindset inilah yang menurut Andi perlu dicamkan oleh mereka yang berminat mendirikan
startup. Cara berpikir ini penting diterapkan bila Anda ingin sukses sebagai pemilik
startup, terutama
startup yang bergerak di solusi teknologi. Indikator tumbuh Walau tidak terlalu berbeda dengan bisnis pada umumnya, mengembangkan
startup tetap membutuhkan trik dan strategi khusus. Menurut Andi, strategi pengembangan usaha rintisan akan sangat bergantung pada model bisnis yang dianut
startup tersebut. “Bisa dari pendekatan
skill anggota tim atau bisa juga pengembangan dari sisi inovasi produk,” kata Andi. Model bisnis juga akan memengaruhi strategi pengembangan sebuah
startup. Strategi pengembangan
startup aplikasi belanja
online akan berbeda dengan
startup pengembang infrastruktur sekolah
online. Begitu juga antara
startup pengembang aplikasi edukasi dengan
startup katering
online. Dari sisi pengembangan jumlah pengguna,
startup e-commerce jelas membutuhkan biaya pemasaran lebih besar karena menyasar pengguna ritel. Adapun
startup pengembang infrastruktur sekolah daring relatif tak menuntut biaya pemasaran besar karena pasarnya lebih sempit dan tersegmentasi. Amir Sambodo, pemilik modal ventura Teknopreneur Indonesia, menambahkan, pengembangan sebuah
startup akan melewati beberapa tahap. Seorang
angel investor, misalnya, akan masuk di saat tahap sangat awal (
seed round), yakni mulai dari tahap inkubasi, penyusunan rencana bisnis hingga pendirian
startup tersebut. Setelah itu terlalui, proses berikutnya biasa dilanjutkan dengan pembahasan rencana bisnis bersama antara investor dengan pemilik
startup, termasuk menentukan
key performance index (KPI) dan
key success factor. Baru, pendanaan tahap pertama bisa dilakukan. Target bisnis sebuah
startup biasa dibahas bersama sang investor bila
startup itu menggandeng investor. Ukuran-ukuran yang dipakai juga jamak dalam sebuah bisnis, antara lain target pertumbuhan, pendapatan,
break event points (BEP) dan
return on investment (ROI). Bagi sang investor, ROI harus di atas rata-rata bunga deposito bank. Sedangkan BEP biasanya dipatok antara tiga sampai lima tahun di tahap pendanaan awal. Lantas, apa indikator sebuah
startup sudah bekerja dengan baik? Novistiar Rustandi, salah satu pendiri HarukaEdu, menilai, hal itu bergantung pada jenis
startup dan segmen yang menjadi bidikan. Startup seperti Gojek, misalnya, indikasinya bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah pengguna aplikasi. Sedangkan
startup seperti HarukaEdu, indikasi bisa terlihat dari jumlah partner yang bertumbuh. “Bagi saya indikatornya ada dua, yaitu pertumbuhan jumlah pengguna atau
user dan pertumbuhan profit atau keuntungan,” imbuh Andi. Pertumbuhan pengguna menggambarkan sudah seberapa besar kapasitas
startup menyelesaikan masalah pengguna. Adapun profit sudah seharusnya berbanding lurus dengan jumlah pengguna. “Profit menjadi bagian penting dalam sebuah
startup apabila kita memilih jalur independen tanpa investor,” kata Andi. Ekspansi juga harus dilakukan ketika jumlah pengguna semakin tinggi. Mau tidak mau kekuatan perusahaan, terutama di bagian tim dan infrastruktur, harus ditambah. Bisa juga melihat dari sisi wilayah pengguna. Bila di wilayah tertentu, pertumbuhan produk sudah stabil, maka
startup bisa menyiapkan ekspansi ke wilayah lain yang potensial. Jika membesarkan
startup di jalur independen, Anda harus disiplin menyisihkan sebagian pendapatan untuk biaya ekspansi. Cara lain adalah dengan menggandeng investor baru. Cara terbaik menarik perhatian investor adalah dengan fokus membuat produk terbaik. “Fokus saja membangun yang terbaik, menambah jumlah user dan meraih ukuran-ukuran lain yang penting,” kata David Wayne Ika, pendiri Kurio. Meski butuh dana, tentu penting tetap memilih investor yang sesuai dengan visi misi
startup. Alhasil, investor itu membawa kemajuan bagi
startup Anda. Contoh, pengalaman Kurio menggandeng Gunosy. “Kami bersama mereka karena Gunosy bukan cuma menyediakan modal yang kami butuhkan. Mereka juga membagi pengalaman serta keahlian teknologi mereka dan itu lebih bernilai dari sekadar modal,” ujar David. Pengembangan
startup membutuhkan fokus, kerja keras dan modal. Belum lagi, persaingan ketat di luar sana.
Dalam dunia
startup, cara terbaik menghadapi persaingan adalah fokus menyuguhkan solusi teknologi yang bisa membantu banyak orang dan menjadikan kehidupan orang lain lebih mudah. Di sisi lain, sebagai usaha, pegiat
startup bukan cuma dituntut memiliki strategi pengembangan. Strategi keluar alias
exit strategy juga sebuah keharusan.
Exit strategy tidak selalu berarti pemilik startup menjual startup mereka ke investor atau ke oranglain. Bisa juga, menggandeng investor baru dengan tawaran kepemilikan saham mayoritas. “Yang pasti,
exit strategy ini harus ada,” kata Andi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan