Jurus PLN tingkatkan penjualan listrik tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) membidik kenaikan penjualan listrik pada tahun ini. BUMN setrum ini mematok target penjualan listrik sebesar 245 TeraWatthour (TWh) atau naik 5,6% dari realisasi tahun 2018 yang sebesar 232 TWh.

Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, pihaknya mengandalkan kenaikan konsumsi listrik dari industri dan rumah tangga untuk bisa mencapai target tersebut. Pada tahun ini, penjualan listrik PLN diproyeksikan terdiri dari 40% sektor industri serta 60% dari rumah tangga dan pelayanan publik.

"Kalau jumlah pelanggan memang rumah tangga, tapi dari kWh (konsumsi listrik kilowatt per jam) itu industri, makin maju industri akan menggeser rumah tangga (dari segi konsumsi listrik)," kata Iwan kepada awak media, awal pekan ini.


Pada tahun lalu, penjualan listrik PLN masih meleset dari target. Hal itu dipengaruhi pertumbuhan ekonomi yang tertahan dikisaran 5%. "Jadi penjualan (listrik) kurang dari target," ujarnya.

Sementara, Direktur Perencanaan Korporat PLN Syofvi Felienty Roekman mengatakan target pertumbuhan penjualan listrik yang dipatok tahun lalu terlalu tinggi, yakni sebesar 7%.

Sedangkan realisasi pertumbuhan penjualan listrik PLN dari tahun 2017-2018 hanya mampu menembus angka 5,15%.

"(Target) 7% tinggi banget. Tahun ini dari 2017-2018 kita tumbuhnya 5,15%. Ke depannya kita harapkan lebih dari itu," ungkapnya.

Lebih lanjut, Syofvi menerangkan bahwa untuk mencapai target itu, PLN mendorong konsumsi dari sejumlah lini. Terutama yang berasal dari mobil listrik, kompor induksi, dan juga pabrik pemurnian dan pengolahan mineral (smelter).

"Kita mau dorong mobil listrik, kompor induksi, dan smelter yang banyak di Sulawesi, tahun 2019 baru masuk beberapa. Kita dorongnya ke arah sana," ujar Syofvi.

Sebagai strategi mendorong konsumsi tersebut, PLN pun menyiapkan insentif. Untuk mobil listrik, misalnya, PLN akan memberikan diskon tarif listrik pada waktu tertentu dan tengah mengkaji diskon untuk penambahan daya.

"Kalau punya mobil listrik, mungkin tambah daya 2.200 VA. Kita pikirkan apakah full diskon atau 50%. Kalau isi daya jam 22.00-04.00 pagi, kita kasih diskon, sedang dihitung sama tim kami," terangnya.

Sementara untuk konsumsi dari smelter, PLN mengandalkan masukan dari wilayah Sulawesi. Sebelumnya, Syofvi menerangkan bahwa Kebutuhan listrik untuk satu unit pabrik smelter diperkirakan bisa mencapai 200-300 MW.

Sofvie bilang, jika hilirisasi mineral dalam smelter ini benar-benar berjalan, maka itu akan memberikan dampak positif untuk PLN.

Nggak hafal detailnya (smelter), tapi di Morowali dan Kolaka. Kalau smelter-nya jalan bagus, saya yakin konsumsinya bisa besar,” ungkapnya.

Adapun, untuk kompor listrik induksi, sebagaimana yang pernah diberitakan Kontan.co.id, Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengatakan, tengah mempersiapkan kajian dan rencana kerja untuk pengembangan penggunaan kompor listrik induksi.

Langkah itu beriringan dengan promosi penggunaan kompor listrik induksi yang akan terus digencarkan PLN. "Kita bikin program untuk marketing, sosialisasi, minimal melalui lomba masak dengan kompor listrik induksi, untuk memancing penggunaan," kata Made kepada Kontan.co.id, Rabu (23/1).

Selain mobil listrik, smelter dan juga kompor listrik induksi, PLN pun punya cara lain untuk mencapai target penjualan listrik tahun ini. Yakni dengan meringankan biaya program peningkatan daya dari PLN.

Meski tak menyebutkan detailnya, namun menurut Syofvi, program peningkatan daya cukup mendorong penjualan listrik PLN. Tapi, program penambahan daya listrik gratis atau pun diskon dari PLN masih digelar pada momentum tertentu saja.

"Misal pada 17 Agustus atau HUT PLN, itu ada diskon tambah daya, jadi nggak terus-terusan. Kemarin kita lihat ternyata itu cukup mendorong (penjualan listrik) kita," terangnya.

Syofvi bilang, PLN belum bisa untuk sepenuhnya menggratiskan atau secara reguler memberikan diskon biaya penambahan daya, karena harus menghitung investasi yang dikeluarkan.

Ia mengatakan, penggratisan atau pun diskon yang diberikan mempertimbangkan ketersediaan dan kesiapan infrastruktur kelistrikan di daerah yang bersangkutan.

"Yang bisa digratiskan, yang nggak perlu investasi banyak. Misal, di daerah itu travo-nya 630 kVa, kalau mau tambah di situ dengan kelas-kelas tertentu, PLN tidak perlu tambah jaringan, tidak tarik jalur baru," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto