JAKARTA. Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah menyepakati asumsi makro ekonomi yang dituangkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2017. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi disepakati naik dari 5,1% dalam APBN 2017 menjadi 5,2%. Namun, bila melihat data terkini, misalnya hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, pertumbuhan dunia usaha pada kuartal ketiga tahun ini akan terbatas lantaran sejalan dengan berakhirnya faktor musiman Ramadan dan libur Idul Fitri. Selain itu, tekanan yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian. Adapun Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengatakan bahwa pelemahan ekonomi domestik selama tiga tahun terakhir masih terasa hingga kini sehingga daya beli masyarakat lesu. Ditambah lagi, ada instruksi penghematan belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp 16 triliun dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna menjaga batas defisit.
Jurus Sri Mulyani supaya ekonomi tumbuh 5,2%
JAKARTA. Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah menyepakati asumsi makro ekonomi yang dituangkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2017. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi disepakati naik dari 5,1% dalam APBN 2017 menjadi 5,2%. Namun, bila melihat data terkini, misalnya hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, pertumbuhan dunia usaha pada kuartal ketiga tahun ini akan terbatas lantaran sejalan dengan berakhirnya faktor musiman Ramadan dan libur Idul Fitri. Selain itu, tekanan yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian. Adapun Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengatakan bahwa pelemahan ekonomi domestik selama tiga tahun terakhir masih terasa hingga kini sehingga daya beli masyarakat lesu. Ditambah lagi, ada instruksi penghematan belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp 16 triliun dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) guna menjaga batas defisit.