JAKARTA. Kinerja keuangan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau biasa disebut Sritex, tidak terpengaruh dengan pelambatan ekonomi yang tengah terjadi di dalam negeri. Pasalnya, hampir separuh pendapatan perusahaan untuk ekspor, dan perusahaan tidak bermain di segmen ritel yang sangat terpengaruh daya beli masyarakat yang lesu akibat perlambatan ekonomi. Iwan Kurniawan Lukminto, Wakil Direktur Utama SRIL mengatakan bahwa pelambatan ekonomi yang tengah terjadi di Indonesia tidak terlalu berimbas pada kinerja perusahaan. "Hampir separuh pendapatan kami ekspor," ujar Wawan pada Senin (29/6). Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pada triwulan pertama tahun ini, nilai ekspor SRIL sebesar US$76,53 juta atau setara dengan 45,89% dari total pendapatan pada triwulan pertama yang sebesar US$ 166,74 juta. Sisa pendapatan lainnya dari penjualan di domestik. "Pasar luar negeri masih potensial," ujar Wawan.
Jurus Sritex bertahan dari pelambatan ekonomi
JAKARTA. Kinerja keuangan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau biasa disebut Sritex, tidak terpengaruh dengan pelambatan ekonomi yang tengah terjadi di dalam negeri. Pasalnya, hampir separuh pendapatan perusahaan untuk ekspor, dan perusahaan tidak bermain di segmen ritel yang sangat terpengaruh daya beli masyarakat yang lesu akibat perlambatan ekonomi. Iwan Kurniawan Lukminto, Wakil Direktur Utama SRIL mengatakan bahwa pelambatan ekonomi yang tengah terjadi di Indonesia tidak terlalu berimbas pada kinerja perusahaan. "Hampir separuh pendapatan kami ekspor," ujar Wawan pada Senin (29/6). Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pada triwulan pertama tahun ini, nilai ekspor SRIL sebesar US$76,53 juta atau setara dengan 45,89% dari total pendapatan pada triwulan pertama yang sebesar US$ 166,74 juta. Sisa pendapatan lainnya dari penjualan di domestik. "Pasar luar negeri masih potensial," ujar Wawan.