JAKARTA. Bankir mengaku penghapusbukuan (write off) kredit macet merupakan jalan terakhir mengurangi kredit bermasalah atawa non-performing loan (NPL). Setelah menghapusbukukan kredit, para bankir akan menekan NPL dengan cara memperketat penyaluran kredit plus restrukturisasi. Restrukturisasi atau penaghihan terhadap kredit yang telah dihapusbuku tentu mendatangkan penghasilan bank. Contohnya, tahun lalu Bank Mandiri mencetak penerimaan Rp 2,3 triliun dari pengembalian kredit hapusbuku. Lalu Bank BRI bisa menagih sebesar Rp 473,9 miliar, dan Bank BNI sebesar Rp 555 miliar. Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengaku, kredit yang mereka hapusbukukan adalah kredit lama. "Sekarang sudah mulai berkurang dan kami akan lebih selektif memberikan kredit agar tidak macet," tutur Sofyan, Ahad (12/4).
Jurus Terakhir Memangkas Kredit Macet
JAKARTA. Bankir mengaku penghapusbukuan (write off) kredit macet merupakan jalan terakhir mengurangi kredit bermasalah atawa non-performing loan (NPL). Setelah menghapusbukukan kredit, para bankir akan menekan NPL dengan cara memperketat penyaluran kredit plus restrukturisasi. Restrukturisasi atau penaghihan terhadap kredit yang telah dihapusbuku tentu mendatangkan penghasilan bank. Contohnya, tahun lalu Bank Mandiri mencetak penerimaan Rp 2,3 triliun dari pengembalian kredit hapusbuku. Lalu Bank BRI bisa menagih sebesar Rp 473,9 miliar, dan Bank BNI sebesar Rp 555 miliar. Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengaku, kredit yang mereka hapusbukukan adalah kredit lama. "Sekarang sudah mulai berkurang dan kami akan lebih selektif memberikan kredit agar tidak macet," tutur Sofyan, Ahad (12/4).