JAKARTA. Neraca perdagangan kembali surplus setelah empat bulan berturut-turut mencatatkan defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan pada Agustus lalu sebesar US$ 248,5 juta.Surplus terjadi karena impor barang mulai turun. Tercatat, impor Agustus lalu hanya sebesar US$ 13,87 miliar sementara ekspor sebesar US$ 14,12 miliar.Kepala BPS Suryamin menyatakan, surplus neraca perdagangan ini menjadi angin segar bagi kinerja perdagangan internasional. Dia berharap, membaiknya neraca perdagangan bakal membantu pertumbuhan ekonomi. Direktur Statistik Distribusi Satwiko Darmesto menambahkan, surplus neraca perdagangan ini disebabkan penurunan ekspor lebih kecil ketimbang penurunan laju impor. Namun, ia tak yakin surplus neraca perdagangan ini bakal berlanjut sampai bulan berikutnya. Alasannya, kondisi Eropa masih tidak pasti sehingga ekspor belum akan pulih.Satwiko menambahkan, sampai Agustus 2012 surplus neraca perdagangan kumulatif tercatat sebesar US$ 496,7 juta. Dengan kinerja ekspor yang masih lambat, Satwiko tak yakin bisa mencapai surplus neraca perdagangan lebih dari US$ 1 miliar. "Untuk bisa surplus US$ 1 miliar saja susah sampainya. Karena ekspor kita sangat tergantung pada batubara dan CPO yang permintaannya sedang melambat," katanya.Ekonom BII Juniman mengungkapkan turunnya kinerja ekspor dan impor pada Agustus karena adanya musim libur Lebaran. Di luar itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga membuat kinerja impor melemah.Tapi, Juniman menilai, pada September - Desember nanti kinerja impor bakal bertahan seperti ini, artinya tidak akan turun terus menerus. Pasalnya, "Meski impor non migas bakal turun, tapi impor migas terutama dari impor BBM masih akan naik tinggi," jelasnya.Secara keseluruhan, Juniman memperkirakan sampai akhir tahun neraca perdagangan Indonesia bakal mencatatkan surplus sekitar US$ 1 miliar - US$ 2 miliar. Tapi syaratnya, pemerintah harus bisa meredam impor BBM dengan melakukan pengendalian atau efisiensi konsumsi BBM dan mencari pasar alternatif ekspor untuk mengkompensasi penurunan ekspor dari pasar tradisional.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kabar baik, neraca perdagangan kembali surplus
JAKARTA. Neraca perdagangan kembali surplus setelah empat bulan berturut-turut mencatatkan defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan pada Agustus lalu sebesar US$ 248,5 juta.Surplus terjadi karena impor barang mulai turun. Tercatat, impor Agustus lalu hanya sebesar US$ 13,87 miliar sementara ekspor sebesar US$ 14,12 miliar.Kepala BPS Suryamin menyatakan, surplus neraca perdagangan ini menjadi angin segar bagi kinerja perdagangan internasional. Dia berharap, membaiknya neraca perdagangan bakal membantu pertumbuhan ekonomi. Direktur Statistik Distribusi Satwiko Darmesto menambahkan, surplus neraca perdagangan ini disebabkan penurunan ekspor lebih kecil ketimbang penurunan laju impor. Namun, ia tak yakin surplus neraca perdagangan ini bakal berlanjut sampai bulan berikutnya. Alasannya, kondisi Eropa masih tidak pasti sehingga ekspor belum akan pulih.Satwiko menambahkan, sampai Agustus 2012 surplus neraca perdagangan kumulatif tercatat sebesar US$ 496,7 juta. Dengan kinerja ekspor yang masih lambat, Satwiko tak yakin bisa mencapai surplus neraca perdagangan lebih dari US$ 1 miliar. "Untuk bisa surplus US$ 1 miliar saja susah sampainya. Karena ekspor kita sangat tergantung pada batubara dan CPO yang permintaannya sedang melambat," katanya.Ekonom BII Juniman mengungkapkan turunnya kinerja ekspor dan impor pada Agustus karena adanya musim libur Lebaran. Di luar itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga membuat kinerja impor melemah.Tapi, Juniman menilai, pada September - Desember nanti kinerja impor bakal bertahan seperti ini, artinya tidak akan turun terus menerus. Pasalnya, "Meski impor non migas bakal turun, tapi impor migas terutama dari impor BBM masih akan naik tinggi," jelasnya.Secara keseluruhan, Juniman memperkirakan sampai akhir tahun neraca perdagangan Indonesia bakal mencatatkan surplus sekitar US$ 1 miliar - US$ 2 miliar. Tapi syaratnya, pemerintah harus bisa meredam impor BBM dengan melakukan pengendalian atau efisiensi konsumsi BBM dan mencari pasar alternatif ekspor untuk mengkompensasi penurunan ekspor dari pasar tradisional.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News