Kabar Bumi Resources (BUMI): Tak Bagi Dividen, Hingga Rumor Masuknya Grup Salim



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kinerja yang apik sepanjang tahun lalu. Emiten batubara Grup Bakrie ini bisa membalikkan kinerja, lepas dari rugi, menjadi meraih laba bersih senilai US$ 168,01 juta.

Meski begitu, BUMI masih absen membagikan dividen dari laba tahun buku 2021. Pertimbangannya, BUMI masih fokus kepada pembayaran utang, serta memerlukan modal kerja untuk menjalankan bisnisnya.

Keputusan ini sudah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Jum'at (29/7). Agenda yang dibahas antara lain persetujuan atas laporan pertanggungjawaban direksi, serta pengesahan neraca dan perhitungan laba/rugi untuk tahun buku 2021.


Baca Juga: Ini Hasil RUPST Bumi Resources (BUMI), Saham Group Bakrie yang Melesat 31,40% Sepekan

Direktur & Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengkonfirmasi keputusan tersebut. Meski masih puasa membagi dividen, tapi Dileep memastikan bahwa pihaknya akan fokus untuk bisa memberikan dividen bagi para pemegang sahamnya, setelah penyelesaian utang BUMI.

"Ya, sayangnya tidak ada dividen. Kas yang tersedia digunakan untuk membayar utang dan bunga untuk memperbaiki struktur modal. Tetapi dividen adalah area fokus utama setelah utang dilunasi," kata Dileep kepada Kontan.co.id, Minggu (31/7).

Agenda RUPS berikutnya adalah perubahan dan penetapan kembali susunan direksi berserta dewan komisaris. Adapun perubahan direksi yang disetujui adalah:

  1. Shuyou Dong (Dongshuyou) diangkat sebagai Direktur Perusahaan yang dicalonkan oleh China Development Bank.
  2. Jian Wang (Alex) diangkat sebagai Direktur Perusahaan yang dicalonkan oleh China Investment Corporation.
Agenda selanjutnya adalah penegasan kembali atas pemberian kewenangan kepada Dewan Komisaris dan Direksi untuk menerbitkan saham-saham baru sehubungan dengan konversi Obligasi Wajib Konversi (OWK).

Hal ini sebagaimana telah mendapatkan persetujuan oleh RUPS Luar Biasa pada 7 Februari 2017 dan 14 Januari 2022. Semua keputusan tersebut telah disetujui oleh para pemegang saham dalam RUPS Jumat (29/7) lalu.

Baca Juga: Harga Saham BUMI Rekor Tertinggi Sejak 2019, Analis Tetap Rekomendasi Beli, Ada Apa?

Masuknya Grup Salim ke BUMI?

Dari sisi pergerakan saham, BUMI menorehkan kenaikan yang cukup signifikan. Harga saham BUMI sudah melesat 68,66% secara year to date. Dalam seminggu terakhir, saham BUMI melompat 31,40% ke harga Rp 113 per saham.

Selain karena perbaikan kinerja dan momentum lonjakan harga komoditas batubara, menguatnya harga saham BUMI juga bersamaan dengan kabar yang beredar bahwa Grup Salim akan masuk menjadi pemegang saham BUMI.

Sebelumnya, Grup Salim sudah menggenggam saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Merujuk pada Insight.Kontan.co.id, sumber KONTAN menyebut bahwa Grup Salim akan membeli saham BUMI melalui Mandatory Convertible Bond (MCB) alias OWK.

Baca Juga: Harga Saham BUMI Lewati 100, Saatnya Jual atau beli Pada Perdagangan Hari Ini (27/7)?

Seperti diketahui, tindak lanjut dari restrukturisasi keuangan berdasarkan keputusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada 2016 lalu, BUMI telah menerbitkan OWK sebanyak 8,46 triliun dengan harga pelaksanaan Rp 1 per unit atau senilai Rp 8,46 triliun untuk mengkonversi uang US$ 639 juta.

OWK senilai Rp 8,46 triliun ini memiliki jangka waktu tujuh tahun. OWK dikonversi menjadi saham. Adapun jika ditotal sejak 2018 hingga Mei, BUMI telah mengkonversi OWK senilai Rp 5,06 triliun. Sehingga, jumlah OWK BUMI masih sekitar Rp 3,4 triliun.

Saat dimintai konfirmasi mengenai kabar akan masuknya Grup Salim ke BUMI, Dileep enggan memberikan komentar. Dileep meminta agar tidak berspekulasi. "No idea. Tapi sebaiknya jangan berspekulasi," kata Dileep.

Dia lantas menyampaikan bahwa MCB memiliki tenor selama tujuh tahun yang akan berakhir pada 10 Desember 2024. "Apakah mereka semua dapat dikonversi pada kuartal keempat 2022 atau tidak, tergantung pada keputusan pemegang MCB," imbuh Dileep.

Baca Juga: Lonjakan Harga Saham Bumi Resources (BUMI) Disertai Isu Kehadiran Grup Salim

Di sisi lain, mengenai pembayaran utang, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia 12 Juli 2022 lalu, BUMI menegaskan telah memproses pembayaran kedelapan belas sebesar US$ 118,3 juta melalui agen fasilitas.

Pembayaran tersebut mewakili pinjaman pokok sebesar US$ 115,3 juta dan bunga sebesar US$ 3 juta untuk Tranche A. Termasuk US$ 20 juta yang diterima dari Arutmin.

Dengan dilakukannya pembayaran triwulanan ke-18 ini, BUMI telah membayar keseluruhan sebesar US$ 731,3 juta secara tunai. Terdiri atas pokok Tranche A sebesar US$ 557,1 juta dan bunga US$ 174,2 juta, termasuk bunga akrual dan bunga yang belum dibayar (back interest).

Seluruh pembayaran Tranche A diharapkan akan diselesaikan pada Oktober 2022 bersamaan dengan dimulainya pembayaran Tranche B.

Baca Juga: Valuasi Sebagian Penghuni Baru Indeks Acuan LQ45 Hingga KOMPAS100 Tak Lagi Murah

Rekomendari Saham

Research Analyst Reliance Sekuritas Lukman Hakim melihat restrukturisasi utang yang sedang dilakukan oleh BUMI lewat MCB merupakan langkah positif. Kebijakan ini dapat menambah ekuitas dan mengurangi beban bunga sebesar 10% secara tahunan pada kuartal pertama 2022.

"Di tengah kinerja BUMI yang positif dengan didorong oleh kenaikan ASP, hal ini membuat BUMI masih memiliki ruang untuk tumbuh," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (31/7).

Lukman menilai investor masih dapat memanfaatkan volatilitas saham BUMI di tengah kondisi uptrend dan harga batubara yang masih solid. Saran Lukman, perhatikan area support di Rp 102 dan resistance pada Rp 140.

Baca Juga: Lonjakan Harga Saham Bumi Resources (BUMI) Disertai Isu Kehadiran Grup Salim

Dalam jangka pendek, Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova melihat saham BUMI ada peluang untuk berfluktuasi. Harga batubara yang masih tinggi memang menjadi angin segar bagi BUMI untuk memenuhi kewajiban utangnya.

Ivan memberikan rekomendasi hold dengan memperhatikan support di Rp 100 dan resistance pada Rp 120. "Tetapi tetap perlu dicermati kemungkinan fluktuasi harga komoditas termasuk batubara yang juga dapat memengaruhi harga saham," jelas Ivan.

Sedangkan Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan posisi BUMI saat ini sudah berada di akhir penguatan. Sehingga rawan terkoreksi, terlebih bila break dari level support.

Hal itu juga tampak dari volume BUMI yang didominasi oleh tekanan jual dan Stochastic yang mulai menukik dari area overbought menuju ke area netral. "Meskipun MACD masih menunjukkan tanda penguatan," kata Herditya.

Saran Herditya, pelaku pasar bisa mempertimbangkan sell on strength saham BUMI dengan mencermati area support pada harga Rp 102 dan resistance di level Rp 123.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati