Kadin gelar Jakarta Food Security Summit (JFSS) kelima



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia akan segera menggelar Jakarta Food Security Summit (JFSS) kelima pada 18-19 November.  JFSS bertujuan utnuk menampung dan menyusun langkah terbaik guna meningkatkan produktivitas pangan nasional dan kesejahteraan petani.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan Franky Oesman Widjaja mengatakan pertumbuhan sektor pertanian termasuk pangan yang tetap tinggi membuat sektor ini perlu dikembangkan.

Oleh karena itu menurutnya kebijakan dan kemitraan yang berpihak pada sektor pertanian  peternakan, perikanan, dan industri pengolahan harus terus didorong.


Baca Juga: Pengusaha minta pemerintah waspadai ketersediaan bahan pangan

Franky pun menyebut Kadin sudah berupaya memberikan pendampingan kepada petani untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.

Akan tetapi, dia pun mengatakan hal tersebut tidak mudah dilakukan karena sejumlah tantangan yang dihadapi mulai dari  ketersediaan lahan, benih unggul, pupuk, pembiayaan, pemasaran, irigasi, sarana penyimpanan hasil pertanian dan sarana prasarana lainnya, serta kelembagaan.

"Sebetulnya petani swadaya, yang petani jalannya sendiri yang kecil-kecil itu rata-rata gagal karena disiplinnya tidak ada atau tidak tahu caranya dan tidak ada akses terhadap bibit yang baik, good agriculture practice atau pendanaan. barangnya diproduksi pun jualnya susah, jadi serba-susah," ujar Franky secara virtual, Jumat (13/11).

Karena itu, menurutnya perlu dikembangkan pola kemitraan yang dilandasi prinsip saling menguntungkan antara pemerintah, pengusaha, perbankan, petani melalui koperasi, dan pemangku kepentingan lainnya dalam rantai pasok terintegrasi.  Model kerja sama yang digagas  adalah sistem Inclusive Closed Loop dan membangun ekosistem berusaha.

Menurutnya, sistem ini merupakan skema kemitraan yang saling menguntungkan dari hulu-hilir sehingga keberlanjutan produksi terjaga dan petani sejahtera. 

Ada empat unsur utama yang dimuat dalam sistem inclusive closed loop antara lain petani mendapat akses untuk membeli bibit dan pupuk yang benar, pendampingan kepada petani untuk menerapkan good practice agriculture, kemudahan akses pemberian kredit dari lembaga keuangan, adanya jaminan pembelian hasil petani oleh perusahaan pembina (off taker).

Dia juga mengatakan, melalui sistem inclusive closed loop ini, maka akan ada akses pendanaan, perusahaan juga menjamin adanya pendampingan sehingga produktivitasnya baik dan petani bisa menjual hasil produksinya dengan harga pasar.

Baca Juga: Memanen cuan dari maraknya usaha hidroponik

Menurutnya, contoh ini sudah berhasil dilaksanakan di komoditas sawit. "Sekarang close loop system ini sudah berjalan dengan bagus, itu contoh di kelapa sawit," katanya.

Dia pun berharap, ekosistem yang sama bisa diterapkan pada komoditas lainnya sehingga bisa mendorong produk-produk unggulan lainnya. Menurutnya, anggota Kadin lain pun sudah melakukan kerja sama dengan kementerian/lembaga untuk pengujian terhadap beberapa komoditas seperti hortikultura.

"Kelihatannya para petaninya mendapatkan pendampingan dan juga produktivitasnya bagus sekali. jadi ini sangat terasa, dirasakan oleh para petani itu. Karenanya kita harapkan bisa mendorong ini untuk menjadi bisnis model yang diendorse oleh pemerintah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto