KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri perlu bisa diversifikasi produk supaya bisa tetap punya daya saing. Meski demikian, sejumlah pekerjaan rumah bagi pemerintah dinanti oleh pelaku industri. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno mengatakan industri tekstil yang memproduksi pakaian sudah sudah jenuh. Sehingga harus pindah slot produksi ke produk lain. "Supaya bisa bertahan harus diversifikasi. Misalnya untuk industri otomotif, maritim, dan juga ban" jelas Benny yang juga Komisaris PT Asia Pacific Investama Tbk akhir pekan lalu. Hanya saja menurut Benny, perlu ada dukungan dari sisi bahan baku produk di industri hulu. Apalagi di industri hulu tekstil menurutnya sangat high risk, high investment dan juga low return. "Pemerintah perlu kasih insentif dan juga kemudahan investasi supaya investor mau masuk," jelasnya. Asal tahu, saat ini, industri TPT yang beroperasi di Indonesia telah terintegrasi dengan klasifikasi dalam tiga area. Pertama, sektor hulu yang didominasi menghasilkan produk fiber. Kedua, sektor antara, perusahaan-perusahaan yang proses produksinya meliputi spinning, knitting, weaving, dyeing, printing dan finishing. Ketiga, sektor hilir berupa pabrik garmen dan produk tekstil lainnya. Ade Sudrajat, Ketua Asosisasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan sebelum diversifikasi, masalah internal dari aturan negara, energi, kemampuan sumber daya manusia serta kemampuan logistik harus dibenahi dulu.
Kadin: Industri tekstil sudah jenuh
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri perlu bisa diversifikasi produk supaya bisa tetap punya daya saing. Meski demikian, sejumlah pekerjaan rumah bagi pemerintah dinanti oleh pelaku industri. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno mengatakan industri tekstil yang memproduksi pakaian sudah sudah jenuh. Sehingga harus pindah slot produksi ke produk lain. "Supaya bisa bertahan harus diversifikasi. Misalnya untuk industri otomotif, maritim, dan juga ban" jelas Benny yang juga Komisaris PT Asia Pacific Investama Tbk akhir pekan lalu. Hanya saja menurut Benny, perlu ada dukungan dari sisi bahan baku produk di industri hulu. Apalagi di industri hulu tekstil menurutnya sangat high risk, high investment dan juga low return. "Pemerintah perlu kasih insentif dan juga kemudahan investasi supaya investor mau masuk," jelasnya. Asal tahu, saat ini, industri TPT yang beroperasi di Indonesia telah terintegrasi dengan klasifikasi dalam tiga area. Pertama, sektor hulu yang didominasi menghasilkan produk fiber. Kedua, sektor antara, perusahaan-perusahaan yang proses produksinya meliputi spinning, knitting, weaving, dyeing, printing dan finishing. Ketiga, sektor hilir berupa pabrik garmen dan produk tekstil lainnya. Ade Sudrajat, Ketua Asosisasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan sebelum diversifikasi, masalah internal dari aturan negara, energi, kemampuan sumber daya manusia serta kemampuan logistik harus dibenahi dulu.