KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki kuartal IV-2025, aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan. Berdasarkan data S&P Global,
Purchasing Manager’s Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia naik menjadi 51,2 pada Oktober 2025, dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Wakil Ketua Umum Kadin Erwin Aksa mengatakan, kenaikan indeks manufaktur ini terutama ditopang permintaan domestik yang tetap kuat. “Kami melihat kenaikan PMI ini sebagai sinyal positif, artinya sektor manufaktur mulai kembali bergerak. Pendorong utamanya dari permintaan domestik yang masih kuat. Konsumen kita tetap belanja, terutama di sektor makanan, minuman, produk rumah tangga, dan kesehatan,” ujar Erwin kepada Kontan, Senin (3/11/2025).
Baca Juga: Menperin: Ekspansi PMI Manufaktur Sebagai Second Indicator Positif Bagi Industri Survei Konsumen Bank Indonesia mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih berada di level tinggi, yakni 115,0 pada September 2025. Menurut Erwin, dari sisi biaya produksi memang masih ada tekanan, terutama dari bahan pangan dan pertanian, namun masih dalam batas wajar. “Intinya, pabrik-pabrik mulai berani menambah produksi lagi karena stok menipis dan permintaan membaik,” jelasnya. Jika dibandingkan dengan September 2025, Erwin menilai, ekspansi manufaktur pada Oktober 2025 lebih kuat seiring pemulihan permintaan menjelang akhir tahun. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia mencatat saldo bersih tertimbang (SBT) kegiatan usaha triwulan III mencapai 3,79%, naik dari 1,5% pada triwulan II. Peningkatan paling menonjol terjadi pada sektor industri pengolahan dengan SBT 4,04%, lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya. “Kalau dibandingkan beberapa bulan lalu, sekarang situasinya jauh lebih stabil. Tahun lalu industri masih
wait and see karena permintaan global lesu, tapi sekarang arah anginnya sudah mulai berubah,” ujar Erwin. Ia menambahkan, beberapa subsektor seperti makanan-minuman, kimia, logam, dan kendaraan bermotor sudah menunjukkan peningkatan aktivitas. Menurutnya, ini bukan sekadar rebound musiman, melainkan tanda bahwa fondasi industri mulai kembali menguat.
Baca Juga: IKI Oktober 2025 Capai 53,50, Hanya Industri Tekstil yang Kontraksi Kadin menilai momentum ekspansi manufaktur masih berpeluang berlanjut hingga akhir 2025, ditopang daya beli masyarakat yang membaik serta inflasi yang terjaga. Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama dari kenaikan harga bahan baku pertanian dan ekspor yang belum sepenuhnya pulih akibat permintaan global yang moderat. Erwin menilai peluang pertumbuhan manufaktur ke depan akan banyak bertumpu pada industri hilir dan bernilai tambah tinggi, seperti kimia, logam dasar, alat angkut, serta produk makanan olahan. Ia optimistis, bila momentum ini terus terjaga, pada 2026 sektor manufaktur bisa kembali menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi. “Yang paling penting sekarang adalah memastikan agar ekspansi ini berlanjut. Bukan hanya angka PMI-nya naik, tapi juga berdampak ke lapangan kerja dan investasi baru,” imbuhnya.
Baca Juga: Kemenperin Ungkap Kinerja Industri Manufaktur, Berikut Rincian Sub-Sektornya Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News