KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan akan meratifikasi Indonesia-Mozambique Preferential Trade Agreement (IM-PTA) tahun mendatang. IM-PTA merupakan perjanjian dagang pertama bagi Indonesia dengan negara di kawasan Afrika dan merupakan perjanjian pertama Mozambik dengan negara di Kawasan Asia. Salah satu urgensi perjanjian dagang ini adalah diversifikasi negara tujuan ekspor, dimana diharapkan pangsa pasar ke benua Afrika diharapkan lebih besar di masa depan. Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani pun mengatakan, peluang pasar di Afrika cukup menjanjikan untuk industri nasional.
"Terkait peluang pasar, negara-negara LDCs (
least developed countries) dan negara-negara berkembang di Afrika cukup menjanjikan untuk industri-industri nasional meskipun tidak memiliki pangsa pasar yang besar seperti pasar tradisional atau daya beli yang tinggi," ujar Shinta Kepada Kontan.co.id, Minggu (13/12).
Baca Juga: Vaksin corona bikin pengusaha optimistis hadapi pemulihan ekonomi Menurutnya, hal tersebut dikarenakan negara-negara tersebut tidak memiliki standar produk yang terlalu ketat sehingga pelaku usaha nasional tidak perlu bersusah payah menyesuaikan
business process dan mengurus berbagai hal terkait standar barang untuk masuk ke pasar tersebut. "Ini sangat baik untuk pelaku usaha kecil menengah atau pelaku usaha yang baru pertama kali ekspor. Secara tidak langsung kita meng-
encourage UMKM dan pelaku usaha nasional yang hanya jago kandang untuk ekspansi ke pasar negara lain," jelas Shinta. Tak hanya itu, dia juga mengatakan, kompetisi perdagangan di Afrika lebih mudah mengingat hanya sedikit negara di Afrika yang memiliki basis manufaktur. Dia juga mengatakan hanya sedikit negara yang mau berdagang dengan kawasan Afrika. Ini membuat persaingan tidak terlalu ketat. Meski memiliki peluang pasar yang besar, Shinta juga tak menampik terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi di pasar Afrika. Beberapa kendala tersebut seperti adanya ketidakpastian kegiatan usaha lantaran instabilitas politik-ekonomi. Ada juga risiko terkait produk palsu atau pemalsuan produk mengingat perlindungan HAKI di negara-negara Afrika umumnya tidak ada.
Karenanya, Shinta menyarankan agar pelaku usaha atau eksportir nasional lebih pintar memilih negara mitra dagang di Afrika. Dia menyarankan agar mitra yang dipilih memiliki risiko perdagangannya lebih rendah sehingga beban perdagangan masih bisa diatasi dan masih menciptakan profit bagi perusahaan nasional. "Akan lebih baik bila pemerintah juga membantu menciptakan FTA/PTA atau skema insurance perdagangan yang affordable untuk mengcover sebagian dari risiko-risiko perdagangan yang tinggi dengan negara-negara LDCs dan negara berkembang di Afrika," jelas Shinta.. Menurut Shinta, dengan langkah pemerintah tersebut, pelaku usaha bisa lebih tertarik dan lebih percaya diri untuk memperluas usaha hingga ke Afrika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat