Kadin: Pemerintah belum siap hadapi liberalisasi ekonomi



Asean Community masih 2015, para pengusaha sudah gelisahJAKARTA. Rencana pemberlakuan komunitas ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) pada 2015 sudah membuat para pelaku usaha khawatir. Sebab, tanda-tanda terealisasinya AEC sudah mulai muncul.Sebut saja kasus Research in Motion (RIM), yang membangun pabrik pembuatan BlackBerry di Malaysia, padahal basis pemasaran terbesar produk itu di Indonesia. "Apalagi kalau AEC berlaku. Pabriknya bisa di mana saja, produknya masuk mudah ke Indonesia," kata Wakil Ketua Umum Bidang Distribusi, Logistik, dan Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Natsir Mansyur, Senin (26/12).Penerapan AEC mewajibkan adanya liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, serta arus modal di kawasan Asia Tenggara. Bahkan, pilar utama AEC menyinggung adanya pasar tunggal dan berbasis produksi. Hal itu nantinya memungkinkan mekanisme perdagangan bebas di kawasan ASEAN yang dengan sendirinya bakal membentuk jaringan produksi regional. Khusus pada liberalisasi perdagangan barang saja, Indonesia harus menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA).

Di antaranya, pemberian fasilitas perdagangan, integrasi kepabeanan, penghapusan hambatan nontarif, penurunan/penghapusan tarif, penggunaan surat keterangan asal (SKA), dan ASEAN Single Window.Aturan tentang penerapan rencana itu memang sudah dirumuskan pada cetak biru AEC. Namun, dia mengingatkan, agar pemerintah tidak terlena dengan masih lamanya waktu penerapan. Meski Indonesia telah mengalami peningkatan peringkat investasi, Indonesia masih belum mapan secara infrastruktur dan kebijakan.Pemerintah masih harus melakukan pembenahan daya saing, logistik, tingkat suku bunga, dan harmonisasi regulasi yang saat ini masih minim. Sebab, mau tidak mau, investasi asing pasti bakal berdampak terhadap iklim usaha dalam negeri. Pemberlakuan AEC akan dimanfaatkan pada investor sebagai lahan memasarkan produknya meski hanya membangun pabrik di satu negara.Berbeda dengan kalangan pengusaha, selama ini pemerintah justru menyoroti kontribusi pasar ASEAN terhadap masuknya investasi di Indonesia. Negara anggota ASEAN dijadikan sebagai sumber investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) di pasar dalam negeri.Direktur Kerja Sama ASEAN Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, menuturkan, pada 2006, nilai FDI ASEAN tercatat sebesar US$ 0,93 miliar dengan pangsa pasar terhadap total FDI di Indonesia sekitar 15,5%. Angka meningkat menjadi US$ 4,03 miliar dengan pangsa pasar sebesar 39,0%. "Penurunan terjadi ketika krisis global pada 2008," ujarnya.ASEAN kini telah menjadi sebagai sumber terbesar masuknya dana investasi langsung ke berbagai negara. Pada 2008, ASEAN memegang posisi kedua sebagai sumber FDI di berbagai negara sebesar US$ 10.913 miliar. Posisi pertama dipegang oleh Uni Eropa 25 dengan FDI sebesar US$ 13.118 miliar.Selain sumber FDI, ASEAN menjadi sumber mendapatkan pasokan impor dan area memasarkan produk. Ekspor nonmigas Indonesia menuju ASEAN tercatat sebesar US$ 27 miliar. Untuk periode Januari-Mei 2010 sebesar US$ 10,3 miliar. Angka itu meningkat menjadi US$ 13,8 miliar untuk periode Januari-Mei 2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini