Kado akhir tahun bagi obligasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja obligasi Indonesia sepanjang tahun 2017 mencatatkan kinerja positif. Menerima kado berupa kenaikan peringkat dari S&P dan Fitch Ratings membuat yield obligasi Indonesia bergerak turun.

Sejak awal tahun hingga, Kamis (28/12), kinerja pasar obligasi yang tercermin dalam indeks Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mencatatkan kinerja 16,37% di level 242,31. I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan, indeks obligasi pemerintah dan korporasi di 2017 tumbuh 16,5% dan 14,24% secara year to date (ytd). Kinerja tersebut lebih tinggi dari pencapaian kinerja obligasi pemerintah dan koporasi di 2016 yang hanya sebesar 13,93% dan 12,62%.

Made mengatakan sentimen yang mendorong kinerja obligasi cukup cemerlang adalah perolehan peningkatan rating dari S&P pada 19 May 2017. Teranyar, surat utang Indonesia mendapat kenaikan peringkat dari BBB- menjadi BBB oleh Fitch Ratings.


"Kenaikan rating implikasinya lansung positif ke pasar surat utang negara," kata Made, Kamis (28/12). Selain itu, faktor stabilnya inflasi dan penurunan suku bunga ke level rendah juga mendukung obligasi berkinerja positif di 2017.

Di akhir tahun, Made mencatatat meski di tengah kekhawatiran tren pengetatan moneter di Amerika Serikat (AS) dan pelemahan rupiah, surat utang Indonesia berhasil mendapat manfaat dari adanya kenaikan peringkat tersebut.

Sepanjang tahun, Made melihat yield US Treasury mengalami penurunanan bila dibanding tahun lalu. Namun, jelang akhir tahun 2017 yield US Treasury cenderung naik setelah melihat keputusan AS meloloskan rencana reformasi pajak. "Sentimen itu mulai buat yield US Treasury naik dan hal ini berdampak pada kecenderungan yield Indoneisa juga ikut naik," kata Made.

Namun, di tahun ini terjadi hal sebaliknya. "Justru yield Indonesia turun, ini memang tertolong dari pengaruh kenaikan peringkat Fitch," kata Made.

Ahmad Mikail Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan, tren yield obligasi pemerintah seri acuan atau benchmark tenor 10 tahun menurun. "Tren 2017 yield obligasi jauh banget turunnya di Januari 2017 itu 7,7% sekarang di 6,3%," kata Mikail, Jumat (29/12).

Faktor yang membuat yield obligasi sepanjang 2017 turun cukup dalam adalah penurunan suku bunga Indonesia sebanyak dua kali dan kenaikan rating dari S&P dan Fitch Ratings.

Selain itu, Mikail melihat stabilnya nilai tukar rupiah juga menjadi katalis positif yield obligasi pemerintah turun. "Tiga bulan terakhir nilai tukar stabil dari Rp 13.600 ke Rp 13.500. Jadi investor asing percaya diri untuk beli obligasi kita," kata Mikail.

Bahkan Mikail mencatat telah masuk dana Us$ 60,5 juta dollar di sepekan terakhir perdagangan obligasi. Menurut Mikail, jumlah tersebut tiga kali lipat dibanding rata-rata pembelian obligasi oleh asing di satu bulan terakhir.

Dana asing berpotensi banjir masuk ke surat utang Indonesia apabila kemungkinan kenaikan peringkat surat utang dari lembaga pemeringkat utang terjadi. Mikail melihat adanya potensi tersebut. "Moodys kemungkinan akan menaikkan surat utang Indonesia jadi Baa2 sementara S&P naikkan outlook dari stabil jadi positif," kata Mikail.

Made memproyeksikan di 2018 aliran dana asing yang masuk ke Surat Utang Negara (SUN) akan terjaga di Rp 80 triliun-Rp 90 triliun. "Sempat ada wacana obligasi kita masuk ke indeks obligasi global, itu akan membuat peluang investor asing masuk dengan dana yang lebih besar," kata Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati