Kado natal dari Donald Trump



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen mutasi virus dan penolakan Donald Trump terhadap stimulus sempat membuat investor menjadi khawatir. Namun, kekhawatiran ini akhirnya sirna.

Minggu (27/12) di Amerika Serikat (AS), Donald Trump akhirnya setuju menandatangani Undang-Undang (UU) mengenai anggaran negara sebesar US$ 2,3 triliun. UU ini mengatur lima hal. 

Pertama, bantuan bagi pengangguran AS, yang akan mendapat dana US$ 300 per minggu hingga pertengahan Maret tahun depan. Kedua, pembayaran langsung senilai US$ 600 per keluarga dan US$ 600 untuk setiap anak.

Ketiga, dana US$ 284 miliar dalam bentuk pinjaman, sebagai Program Perlindungan Gaji untuk bisnis kecil. Keempat, dana US$ 30 miliar untuk distribusi vaksin Covid-19. Kelima, dana US$ 20 miliar untuk tes Covid-19 dan tracing contact.

UU tersebut menjadi katalis positif bagi harga emas. Hari ini harga emas dibuka naik 1% dan mencapai harga tertinggi, US$ 1.900 per ons troi. Stimulus menjadi pendorong bagi kenaikan harga emas. 

Stimulus yang diberikan oleh AS, terutama stimulus pemberian dana langsung, akan meningkatkan jumlah uang beredar di masyarakat atau inflasi. Emas adalah salah satu safe haven yang digunakan untuk lindung nilai terhadap inflasi. 

Selain itu, kondisi ekonomi yang masih penuh dengan ketidakpastian mendorong indeks dollar AS melemah. Indeks dollar AS hari ini sudah turun 0,13% dan turun 12% sejak April 2020. Ketidakpastian ekonomi akibat pandemi mendorong investor beralih ke emas.

Mengingat kondisi ekonomi AS yang masih belum stabil dan stimulus yang diberikan, emas masih berpotensi naik di 2021 menuju harga US$ 2.000 per ons troi. Kebijakan suku bunga rendah AS juga bisa menjadi katalis positif bagi harga emas. 

Pengesahan UU juga menjadi pendorong bagi pergerakan IHSG. Pada sesi pertama perdagangan hari ini (28/12), IHSG ditutup menguat 1,04% ke level 6.071.

Di akhir perdagangan, IHSG akhirnya ditutup naik 1,41% jadi 6.094. Stimulus yang disetujui Donald Trump menambah sentimen positif bagi pasar saham, sehingga menambah optimisme investor.

Tren penurunan kurs dollar AS dan juga rendahnya suku bunga di AS akan membuat aliran dana mengalir ke emerging market seperti Indonesia. Hal ini menjadi hal yang positif untuk pasar saham Indonesia.

Kami optimistis saham-saham komoditas seperti batubara, minyak dan gas, emas, metal serta CPO akan mencetak kinerja baik di 2021. Pada umumnya komoditas akan terdorong oleh pemulihan permintaan, seiring pulihnya ekonomi konsumen terbesar komoditas, yaitu China dan India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata