KAEF bisa bikin, Erick minta stop impor Avigan, ini manfaat Avigan bagi pasien corona



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) kini mampu memproduksi obat antivirus di dalam negeri.  Antivirus yang berhasil diproduksi oleh perusahaan milik negara BUMN tersebut adalah berjenis Avigan.

"Alhamdulillah, kemarin Kimia Farma (KAEF) sudah bisa memproduksi Avigan yang selama ini diimpor masuk dengan kategori Favipiravir," ujar Erick dalam webinar Transportasi Sehat Indonesia Maju, Selasa (15/9).

Keberhasilan ini diharapkan  mampu mengurangi ketergantungan Indonesia atas impor antivirus. Selain menekan impor, Erick juga berharap produksi obat di dalam negeri bisa melahirkan proses hilirisasi. 


"Sekarang sudah bisa buat sendiri karena kami tidak mau terus bergantung kepada tadi bahan baku impor dan kami terus melanjutkan bagaimana riset-riset juga kepada herbal yang bisa membantu," kata Erick.

Baca Juga: Obat Avigan dari Jepang segera diuji untuk pengobatan corona, seberapa efektif?

Oh iya, Avigan atau Favipiravir adalah obat antivirus dari Jepang yang dikembangkan Fujifilm Toyama Chemical, dan Zheijang Hisun Pharmaceutical. 

Pada dasarnya, Avigan dikembangkan untuk mengobati virus influenza.

Namun, Avigan di awal tahun ini juga diujicobakan untuk pasien corona atau Covid-19.  

Live Science menyebutkan, Avigan secara khusus dibuat untuk mengobati virus RNA. Virus corona baru yang menyebabkan Covid-19 memang memiliki materi genetik utama RNA, bukan DNA.

Obat ini menghentikan replikasi virus dengan melumpuhkan enzim yang disebut RNA Polimerase.

Hasil uji coba,  menunjukkan hasil positif yang melibatkan 340 pasien virus corona di Wuhan dan Shenzhen. Empat hari usai mendapat obat tersebut, para pasien Covid-19 dites kembali dan menunjukkan hasil negatif.

Baca Juga: Marak klaim obat Covid-19, YLKI minta pemerintah tingkatkan literasi obat dan herbal

Hasil uji klinis, setengah pasien yang dites memperlihatkan hasil negatif lebih awal, dan setengahnya lagi lebih dari empat hari.

Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat Avigan. Ahli melihat, pasien baru dinyatakan negatif dalam kurun waktu 11 hari pasca menjalani perawatan. Kondisi paru-paru yang ditunjukkan oleh sinar-X memperlihatkan, ada perbedaan besar antara pasien Covid-19 yang mengonsumsi Avigan dengan mereka yang tidak.

Pada pasien yang mengonsumsi Avigan tampak kondisi paru-paru meningkat 91%. Sedang yang tidak mengonsumsi Avigan, kualitas paru-paru meningkat hanya 62%. Dalam uji coba di Wuhan, Avigan tampak memperpendek durasi demam pasien, dari rata-rata 4,2 hari menjadi 2,5 hari.

Di Jepang, Avigan diresepkan bagi pasien Covid-19 yang memiliki gejala ringan hingga sedang.

Namun, Ahli menemukan, obat ini kurang efektif jika diberikan ke pasien dengan gejala berat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana