JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk harus menyiapkan dana tambahan. Pasalnya, estimasi biaya pembangunan pabrik baru Kimia Farma di Banjaran, Jawa Barat, membengkak. Saat ini, investasi proyek yang semula diprediksi menelan dana Rp 400 miliar itu bengkak menjadi Rp 760 miliar. Presiden Direktur Kimia Farma, Rusdi Rosman, menyatakan kenaikan dana investasi ini karena ada tambahan biaya untuk bisa lulus kualifikasi berdasarkan standar World Health Organization (WHO). Tujuannya, agar obat-obatan yang dihasilkan dari pabrik itu bisa berkualitas internasional dan mudah diekspor. "Dulu, kami tidak memperhitungkan hal ini. Dengan begitu, mesin-mesin baru yang akan didatangkan dan bangunan baru pabrik itu akan mengikuti kualifikasi WHO," ujar dia, Senin (27/5). Rusdi bilang, pabrik di Banjaran akan digunakan untuk memproduksi obat injeksi, salep, krim, serta onkologi (obat kanker). Dengan kehadiran pabrik baru itu, kapasitas produksi Kimia Farma bertambah lima kali lipat.
KAEF mengerek belanja modal Rp 900 miliar
JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk harus menyiapkan dana tambahan. Pasalnya, estimasi biaya pembangunan pabrik baru Kimia Farma di Banjaran, Jawa Barat, membengkak. Saat ini, investasi proyek yang semula diprediksi menelan dana Rp 400 miliar itu bengkak menjadi Rp 760 miliar. Presiden Direktur Kimia Farma, Rusdi Rosman, menyatakan kenaikan dana investasi ini karena ada tambahan biaya untuk bisa lulus kualifikasi berdasarkan standar World Health Organization (WHO). Tujuannya, agar obat-obatan yang dihasilkan dari pabrik itu bisa berkualitas internasional dan mudah diekspor. "Dulu, kami tidak memperhitungkan hal ini. Dengan begitu, mesin-mesin baru yang akan didatangkan dan bangunan baru pabrik itu akan mengikuti kualifikasi WHO," ujar dia, Senin (27/5). Rusdi bilang, pabrik di Banjaran akan digunakan untuk memproduksi obat injeksi, salep, krim, serta onkologi (obat kanker). Dengan kehadiran pabrik baru itu, kapasitas produksi Kimia Farma bertambah lima kali lipat.