JAKARTA. Emiten farmasi pelat merah, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) masih yakin kinerjanya di semester I akan terus membaik. Perseroan optimistis, pendapatan pada periode tersebut bisa tumbuh sekitar 17% dibandingkan tahun lalu.Pada semester I tahun lalu, KAEF membukukan pendapatan sebesar Rp 1,74 triliun. Dengan begitu, harapannya di paruh pertama tahun ini, pendapatan KAEF bisa menembus Rp 2 triliun. "Pertumbuhan pendapatan di akhir tahun juga seharusnya bisa sampai 20%. Di semester I nampaknya akan tercapai setengah dari target akhir tahun," ujar Rusdi Rosman, Direktur Utama KAEF kepada KONTAN, Kamis (3/7).Pertumbuhan itu disokong dari tambahan apotek yang sudah digarap sejak awal tahun. KAEF juga getol menambah jumlah kliniknya. Informasi saja, tahun ini KAEF menargetkan dapat membangun 100 klinik dengan dana investasi sebesar Rp 300 miliar. "Beberapa klinik sudah selesai pembangunannya, dan memberi kontribusi ke pendapatan," ujarnya. Dia juga mengklaim, KAEF sudah mulai melakukan efisiensi bahan baku sehingga menekan beban keuangannya.KAEF juga meningkatkan penjualan ekspor ke beberapa negara. Perseroan membidik penjualan ekspor Rp 250 miliar atau tumbuh 23,18% dari tahun lalu. Target itu bakal terpenuhi dari penjualan ke negara Timor Leste. Tahun lalu nilai kontrak ekspor ke Timor Leste mencapai Rp 110 miliar. Dari nilai tersebut, kontrak yang terealisasi baru Rp 60 miliar.Nah, sisa nilai kontrak yang tak terealisasi tahun lalu akan dipenuhi tahun ini bersama dengan kontrak baru. Dus, total nilai kontrak ekspor ke Timor Leste adalah Rp 90 miliar.Untuk mendorong pendapatannya, KAEF juga akan membuka dua apotek baru di Malaysia. Nilai investasi per apotek sekitar Rp 3 miliar. "Untuk yang di Malaysia akan kami dorong terus," tandasnya. Sebelumnya KAEF sudah membuka apotek di Malaysia dengan anggaran sekitar Rp 20 miliar.Sebenarnya, tahun ini perseroan juga membidik pasar Vietnam. Namun agaknya rencana itu mesti kandas. Rusdi bilang, pihak Vietnam tidak mengizinkan KAEF berjualan menggunakan brand Kimia Farma. "Mereka hanya mau kami menyetor modal," katanya.Tadinya, perseroan juga berencana mendirikan apotek di Vietnam dengan menggandeng partner lokal. Namun, saat ini, KAEF mesti mengurungkan niat tersebut dan kembali mencari penjajakan di negara lain. "Kami sedang mengincar negara lainnya, tetapi belum ditentukan negara mana," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
KAEF optimistis kinerja semester I tumbuh 17%
JAKARTA. Emiten farmasi pelat merah, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) masih yakin kinerjanya di semester I akan terus membaik. Perseroan optimistis, pendapatan pada periode tersebut bisa tumbuh sekitar 17% dibandingkan tahun lalu.Pada semester I tahun lalu, KAEF membukukan pendapatan sebesar Rp 1,74 triliun. Dengan begitu, harapannya di paruh pertama tahun ini, pendapatan KAEF bisa menembus Rp 2 triliun. "Pertumbuhan pendapatan di akhir tahun juga seharusnya bisa sampai 20%. Di semester I nampaknya akan tercapai setengah dari target akhir tahun," ujar Rusdi Rosman, Direktur Utama KAEF kepada KONTAN, Kamis (3/7).Pertumbuhan itu disokong dari tambahan apotek yang sudah digarap sejak awal tahun. KAEF juga getol menambah jumlah kliniknya. Informasi saja, tahun ini KAEF menargetkan dapat membangun 100 klinik dengan dana investasi sebesar Rp 300 miliar. "Beberapa klinik sudah selesai pembangunannya, dan memberi kontribusi ke pendapatan," ujarnya. Dia juga mengklaim, KAEF sudah mulai melakukan efisiensi bahan baku sehingga menekan beban keuangannya.KAEF juga meningkatkan penjualan ekspor ke beberapa negara. Perseroan membidik penjualan ekspor Rp 250 miliar atau tumbuh 23,18% dari tahun lalu. Target itu bakal terpenuhi dari penjualan ke negara Timor Leste. Tahun lalu nilai kontrak ekspor ke Timor Leste mencapai Rp 110 miliar. Dari nilai tersebut, kontrak yang terealisasi baru Rp 60 miliar.Nah, sisa nilai kontrak yang tak terealisasi tahun lalu akan dipenuhi tahun ini bersama dengan kontrak baru. Dus, total nilai kontrak ekspor ke Timor Leste adalah Rp 90 miliar.Untuk mendorong pendapatannya, KAEF juga akan membuka dua apotek baru di Malaysia. Nilai investasi per apotek sekitar Rp 3 miliar. "Untuk yang di Malaysia akan kami dorong terus," tandasnya. Sebelumnya KAEF sudah membuka apotek di Malaysia dengan anggaran sekitar Rp 20 miliar.Sebenarnya, tahun ini perseroan juga membidik pasar Vietnam. Namun agaknya rencana itu mesti kandas. Rusdi bilang, pihak Vietnam tidak mengizinkan KAEF berjualan menggunakan brand Kimia Farma. "Mereka hanya mau kami menyetor modal," katanya.Tadinya, perseroan juga berencana mendirikan apotek di Vietnam dengan menggandeng partner lokal. Namun, saat ini, KAEF mesti mengurungkan niat tersebut dan kembali mencari penjajakan di negara lain. "Kami sedang mengincar negara lainnya, tetapi belum ditentukan negara mana," tandasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News