JAKARTA. PT Indofarma Tbk (INAF) telah dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) telah melakukan pertemuan guna membahas rencana penggabungan usaha (merger) kedua badan usaha milik negara (BUMN) farmasi tersebut. Namun, hasil pertemuan tersebut belum menunjukan titik terang untuk rencana aksi korporasi kedua BUMN itu.Direktur Utama KAEF Syamsul Arifin mengungkapkan, KAEF dan INAF telah melakukan pertemuan pada pekan lalu. Namun, sampai pertemuan selesai, kedua BUMN tersebut masih belum sampai tahap sepakat. KAEF dan INAF masih mengkaji manfaat aksi korporasi itu terhadap kinerja masing-masing perseroan. "Sekarang masih mengkaji bagaimana dan akan seperti apa bentuk aksi korporasi tersebut," katanya kepada KONTAN, Senin (21/12).Syamsul menjelaskan, kedua BUMN farmasi ini memiliki tiga pilihan aksi korporasi. Yakni, akuisisi, merger, atau membentuk holding atau induk perusahaan farmasi. Meski KAEF belum bisa memutuskan, menurut Syamsul, pembentukan holding merupakan pilihan yang jauh lebih kecil risikonya ketimbang aksi korporasi yang lain. Holding, tambahnya, adalah pilihan yang paling tidak membingungkan. Artinya, INAF dan KAEF masih bisa menjalankan rencana bisnis masing-masing. Dua perusahaan ini juga masih bisa mempertahankan identitas masing-masing yang sudah terpatri lama. Kekurangan dari satu perusahaan pun, tidak akan menggangu kinerja perusahaan lainnya. "ini resikonya paling kecil," cetusnya.Syamsul juga berharap, pemerintah segera memutuskan aksi korporasi BUMN-BUMN farmasi ini. Soalnya, sinergi BUMN farmasi wajib terjadi untuk mengantisipasi persaingan di pasar. Sayangnya, jelas Syamsul, tampaknya rencana tersebut belum bakal terlaksana pada tahun ini. Alasannya, belum ada rencana yang matang untuk diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mendapat persetujuan. Sekadar catatan, Kementerian Negara BUMN awalnya menargetkan merger dua BUMN farmasi ini sudah bisa kelar di akhir tahun 2009. Dengan begitu, perusahaan baru hasil merger sudah resmi beroperasi awal 2010. Dengan merger kedua perusahaan diharapkan tak saling berebut pasar serta dapat meningkatkan daya saing dengan perusahaan farmasi lain.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
KAEF Pilih Holding
JAKARTA. PT Indofarma Tbk (INAF) telah dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) telah melakukan pertemuan guna membahas rencana penggabungan usaha (merger) kedua badan usaha milik negara (BUMN) farmasi tersebut. Namun, hasil pertemuan tersebut belum menunjukan titik terang untuk rencana aksi korporasi kedua BUMN itu.Direktur Utama KAEF Syamsul Arifin mengungkapkan, KAEF dan INAF telah melakukan pertemuan pada pekan lalu. Namun, sampai pertemuan selesai, kedua BUMN tersebut masih belum sampai tahap sepakat. KAEF dan INAF masih mengkaji manfaat aksi korporasi itu terhadap kinerja masing-masing perseroan. "Sekarang masih mengkaji bagaimana dan akan seperti apa bentuk aksi korporasi tersebut," katanya kepada KONTAN, Senin (21/12).Syamsul menjelaskan, kedua BUMN farmasi ini memiliki tiga pilihan aksi korporasi. Yakni, akuisisi, merger, atau membentuk holding atau induk perusahaan farmasi. Meski KAEF belum bisa memutuskan, menurut Syamsul, pembentukan holding merupakan pilihan yang jauh lebih kecil risikonya ketimbang aksi korporasi yang lain. Holding, tambahnya, adalah pilihan yang paling tidak membingungkan. Artinya, INAF dan KAEF masih bisa menjalankan rencana bisnis masing-masing. Dua perusahaan ini juga masih bisa mempertahankan identitas masing-masing yang sudah terpatri lama. Kekurangan dari satu perusahaan pun, tidak akan menggangu kinerja perusahaan lainnya. "ini resikonya paling kecil," cetusnya.Syamsul juga berharap, pemerintah segera memutuskan aksi korporasi BUMN-BUMN farmasi ini. Soalnya, sinergi BUMN farmasi wajib terjadi untuk mengantisipasi persaingan di pasar. Sayangnya, jelas Syamsul, tampaknya rencana tersebut belum bakal terlaksana pada tahun ini. Alasannya, belum ada rencana yang matang untuk diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mendapat persetujuan. Sekadar catatan, Kementerian Negara BUMN awalnya menargetkan merger dua BUMN farmasi ini sudah bisa kelar di akhir tahun 2009. Dengan begitu, perusahaan baru hasil merger sudah resmi beroperasi awal 2010. Dengan merger kedua perusahaan diharapkan tak saling berebut pasar serta dapat meningkatkan daya saing dengan perusahaan farmasi lain.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News