KAEF siapkan investasi baru Rp 1,2 triliun



JAKARta. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menyiapkan ekspansi besar. Emiten farmasi pelat merah ini mengalokasikan dana investasi Rp 1,2 triliun untuk kebutuhan ekspansi selama tahun ini dan tahun depan.

KAEF akan memperoleh dananya tahun ini. "Tapi kebutuhan itu untuk ekspansi selama dua tahun," kata Syamsul Arifin, Direktur Utama KAEF, kepada KONTAN, Senin (12/3).

KAEF akan memakai dana itu untuk menambah produksi tablet dan kapsul. Saat ini, KAEF baru bisa memproduksi 3 miliar tablet dan sekitar 1 miliar kapsul per tahun. Produksi tablet dan kapsul diproyeksikan naik dua kali lipat dalam dua tahun.


KAEF juga akan menambah produk baru, seperti injeksi dan infus. Soalnya, kebutuhan dua produk itu berpotensi naik dua kali lipat setelah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) beroperasi pada 2014 nanti.

KAEF sejatinya bisa meningkatkan produksi dengan memaksimalkan waktu operasional. Saat ini, KAEF masih memberlakukan dua pergantian waktu (shift) kerja. "Kami bisa menerapakan tiga shift kerja, tapi tergantung kebutuhan Kementerian Kesehatan," jelas Syamsul.

Kebutuhan dana ekspansi akan ditutupi dari dua sumber. Pertama, KAEF akan menutupi sekitar Rp 700 miliar dari penerbitan saham baru atau rights issue. Pada 31 Januari 2012, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Komite Privatisasi Perusahaan Perseroan memang sudah menyetujui rights issue maksimum 20% dari modal disetor dan ditempatkan KAEF.

Jumlah rights issue ini di bawah rencana semula. Sebelumnya, KAEF berharap bisa menerbitkan saham baru sebanyak 37,5% dari total modal disetor dan ditempatkan perusahaan. Rights issue sebesar itu akan menurunkan porsi kepemilikan saham pemerintah pada KAEF dari 90,03% menjadi 52,5%. Tapi, pemerintah ingin kepemilikannya di KAEF setara 70%, sehingga KAEF hanya diizinkan rights issue sebesar 20%.

BUMN farmasi digabung

Proses rights issue tak bisa langsung terlaksana. Sebab, KAEF harus menunggu persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah itu, KAEF harus menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah terkait rights issue tadi. "Selanjutnya, tinggal RUPSLB. Perkiraan saya, rights issue bisa dilakukan dalam tiga-empat bulan," jelas Syamsul.

Pelaksanaan rights issue kemungkinan bersamaan dengan penyatuan (regrouping) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi. Konkretnya, pemerintah bakal mengalihkan kepemilikannya di PT Indofarma Tbk (INAF) kepada KAEF. "Rights issue itu kan corporate action, sedangkan regrouping adalah shareholder action.

Sebenarnya bisa dilakukan terpisah, tapi menurut saya agar lebih efisien dilakukan bersamaan," lanjut Syamsul. Kedua, KAEF akan menutupi Rp 500 miliar sisa kebutuhan investasi dari pinjaman perbankan. KAEF optimistis tidak akan sulit meraih pinjaman bank, mengingat prospek industri farmasi akan tumbuh setelah BPJS.

Di samping itu, rasio utang yang ditanggung KAEF terbilang kecil. Per September 2011, rasio utang terhadap ekuitas KAEF sebesar 0,53 kali. Rencana ekspansi besar itu diperkirakan bisa mengerek kinerja keuangan perusahaan. Di 2012, KAEF optimistis bisa mencetak penjualan bersih Rp 4 triliun.

Jumlah tersebut tumbuh 17,65% dibandingkan penjualan bersih (unaudited) 2011 yang senilai Rp 3,4 triliun. Kemudian, KAEF mengincar laba bersih 2012 sebesar Rp 220 miliar, atau naik 29,41% dari laba bersih (unaudited) 2011 senilai Rp 170 miliar.

Harga saham KAEF pada penutupan perdagangan kemarin (12/3) tak beranjak dari posisi Rp 440 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri