KAI mengincar cuan Rp 13,6 triliun tahun ini



JaKARTA. Keistimewaan sebagai penyedia tunggal jasa angkutan keretaapi di Tanah Air, tentu cukup menguntungkan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Tak ayal, perusahaan cukup optimistis bisa mengejar target Rp 13,6 triliun tahun ini, atau tumbuh 36,76% dari pendapatan tahun 2013 sebesar Rp 8,6 triliun.

Rencana KAI begini, lini bisnis angkutan barang bisa menyumbang 40% atau setara Rp 5,44 triliun. Selebihnya, lini bisnis angkutan penumpang diharapkan menyumbang 37% atau Rp 5,03 triliun dan sisanya dari pendapatan lini bisnis non-angkutan sebesar 23% atau Rp 3,13 triliun.

Jika total target pendapatan terpenuhi, KAI meyakini bisa mengerek bottom line. Dari semula Rp 560,4 miliar di 2013 menjadi Rp 900 miliar tahun ini.


Bukan tanpa alasan, KAI menargetkan lini bisnis angkutan barang menjadi kontributor pendapatan terbesar. Melanjutkan strategi tahun lalu, perusahaan memang sedang ngebet menggenjot lini bisnis ini. “Pendapatan kami saat ini 60% masih di penumpang dan 40% di barang tapi kedepan akan kami ubah menjadi 40% penumpang dan 60% barang,” ungkap Direktur Keuangan KAI Kurniadi Atmosasmito kepada KONTAN, pekan lalu.

Salah satu cara memaksimalkan lini bisnis ini yakni dengan menambah armada. Perusahaan mengalokasikan dana belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp 700 miliar untuk belanja 600 unit kereta angkutan peti kemas dan kereta angkutan batubara.

Target penumpang tumbuh 21,45%

Alokasi capex armada angkutan barang itu sebenarnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan total capex tahun ini yang sebesar Rp 6,5 triliun. Kurniadi menjelaskan, sebanyak Rp 2,4 triliun akan digunakan untuk membiayai bisnis yang telah berjalan, seperti revitalisasi stasiun.

Selebihnya untuk mendanai aneka bisnis yang dianggap strategis, termasuk mendanai dua lini bisnis lain. Pertama, bisnis angkutan penumpang. KAI juga berencana menambah armada kereta api di lini bisnis ini, yakni membeli lima rangkaian kereta rel diesel senilai Rp 170 miliar dan lima rangkaian kereta eksekutif senilai Rp 225 miliar. KAI juga akan membeli lima rangkaian kereta ekonomi AC senilai Rp 175 miliar dan 100 gerbong-200 gerbong kereta rel listrik (KRL) bekas dari Jepang.

Asal tahu saja, selama beberapa tahun terakhir, angkutan KRL Jabodetabek menjadi kontributor pendapatan terbesar di lini bisnis angkutan penumpang. Di 2013 misalnya, bisnis yang dikelola PT Kereta Api Commuterline ini berkontribusi 72% terhadap pendapatan angkutan penumpang. Sisanya adalah kontribusi pengangkutan kereta api jarak jauh.

Dus, tahun ini, KAI menargetkan kontribusi pendapatan angkutan KRL bisa mencapai 74% . “Ini dibarengi target penumpang tahun ini yan akan kami tingkatkan 21,45% menjadi sekitar 280 juta penumpang,” ujar Kurniadi.

Kedua, bisnis non-angkutan. KAI akan mengoptimalkan pendapatan dari hasil penyewaan atau pengembangan properti, termasuk memaksimalkan pendapatan dari lahan parkir di sekitar stasiun. Prioritas pertama KAI adalah lahan di wilayah Jabodetabek karena pertumbuhan pengguna KRL yang selalu meningkat.

Sekadar informasi, hingga kuartal I-2014, KAI mengantongi pendapatan sekitar Rp 2,27 triliun. Kontribusi terbesar masih dari pendapatan angkutan, baik penumpang maupun barang, sebesar Rp 2,1 triliun. Sisanya Rp 171 miliar disumbang pendapatan bisnis non-angkutan. Dari sisi laba, perusahaan mengantongi Rp 208 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina