Kaiman pantang menyerah meraih sukses (2)



Sukses yang diraih Kaiman dalam membesarkan usaha budidaya jamur tiram penuh dengan lika-liku. Pria kelahiran Desa Bulukandang, Pasuruan, Jawa Timur ini, pernah mengenyam profesi sebagai supir truk untuk sekadar bertahan hidup.Sebagai pengemudi truk, pemilik merek Jatiman Food ini kerap membawa hasil bumi dari desa-desa di Kabupaten Pasuruan ke luar kota, atau bahkan hingga ke luar Jawa Timur. "Selain jadi sopir, saya biasanya bermain judi bahkan bisa mencuri juga," ujar Kaiman.Ketika masa sulit itulah, perangkat desa di tempatnya tinggal mengajak Kaiman mengikuti pelatihan budidaya jamur tiram pada 2005. Pelatihan itu diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPKS).Ia pun menyambut baik tawaran itu. Peserta pelatihan itu terdiri dari beberapa kelompok kerja (pokja) dan Kaiman bergabung di dalam salah satu pokja. Pelatihan itu berlangsung selama sekitar tiga bulan. Awalnya, ia tak yakin jamur tiram bisa membawa perubahan bagi kehidupan ekonomi keluarganya. Kendati begitu, ia tetap mengikuti setiap sesi pelatihan.Lambat laun, pikirannya mulai terbuka untuk mencoba usaha budidaya jamur tiram. Itulah yang kemudian mengawali langkahnya untuk berwirausaha. Selesai mengikuti pelatihan, Kaiman langsung mencari modal dengan menggadaikan surat BPKP motornya. "Selain itu ada juga yang pinjam dari keluarga," ujarnya. Kala itu, modal yang terkumpul tidak lebih dari Rp 500.000. Uang itu dipakainya buat membeli bibit jamur tiram dan baglog (media pembibitan jamur). Awalnya, ia hanya membudidayakan jamur tiram di rumah. Setelah panen, jamur tersebut ditawarkannya ke pasar-pasar di Pasuruan. Masa-masa ini penuh dengan perjuangan. Soalnya, jamur tiram saat itu belum begitu populer. Untuk meyakinkan pembeli, ia pun perlu menjelaskan panjang lebar tentang manfaat mengonsumsi jamur tiram. "Waktu jualan di pasar, saya sampai harus membawa kertas dan spidol untuk bisa memberi keterangan bahwa jamur tiram ini bisa dibuat macam-macam," imbuh Kaiman.Namun, Kaiman tidak patah arang. Pada 2006, ia kembali pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh PPKS di Pekanbaru, Riau. Di tempat pelatihan itu, ia bertemu dengan seorang peneliti jamur asal Belanda bernama Mr. Dwigth. Dari Dwigth ini, ia mendapat informasi tentang bibit jamur tiram unggul asal Thailand. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, sepulang dari Pekanbaru ia langsung memutuskan untuk membudidayakan jamur tersebut. Hasilnya memang tidak mengecewakan. Kualitas jamur tiram asal Thailand ini memang lebih menjanjikan dengan rasa yang lebih enak dari jamur biasa.Ia pun memutuskan untuk terus membudidayakan jamur ini. Alhasil, sejak itu usaha budidaya jamurnya mulai bangkit, hingga menjadi seperti sekarang.Selain dijual di kawasan Surabaya, jamur hasil budidayanya kini dipasarkan juga ke daerah-daerah lain, seperti Bali dan Balikpapan. Bahkan, ia juga merambah pasar ekspor ke Korea Selatan dan China. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi