Kajian Keekonomian Pembangkit Nuklir di Kalimantan Barat Hampir Selesai



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT PLN Indonesia Power (PLN IP) akan membangun pembangkit nuklir berteknologi small modular reactor (SMR) bersama Nu Scale, perusahaan asal Amerika. Kajian Keekonomian proyek yang akan dibangun di Kalimantan Barat ini akan rampung dalam beberapa bulan ke depan. 

Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga PLN IP, Bernadus Sudarmanta menyatakan proyek ini masih dalam proses kajian keekonomian dan diharapkan dapat selesai pada April 2024. 

“Namun pelaksanaan proyek ini tergantung dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang akan keluar, apakah sudah memasukkan nuklir. Ini sifatnya antisipasi saja, kalau nanti di dalam RUPTL sudah ada porsi pembangkit nuklir,” ujarnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (30/1).


Menurutnya teknologi SMR sudah cukup matang (mature) karena sudah digunakan di berbagai negara seperti Amerika dan Rusia. Hanya saja, penerapan di Indonesia tinggal menunggu kemauan politik (political will) dari pemerintah. 

Baca Juga: PLN Indonesia Power Jajaki Kerja Sama Pembangkit EBT hingga Hidrogen dengan Finlandia

“Sejauh ini dari sisi geografis dan keekonomian sudah tidak ada halangan,” kata Bernadus.

Misalnya saja, dari sisi geografis, proyek yang akan dibangun di Kalimantan Barat ini sudah memiliki studi tapak cukup lama dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

“Artinya lokasi ini memungkinkan dibangun PLTN sudah cukup lama, tinggal masalah sosial politiknya saja,” ujar dia.

Melansir laman resmi BRIN, NuScale merupakan vendor kenamaan dari Amerika Serikat yang berkantor pusat di Portland Oregon. NuScale saat ini memiliki desain reaktor SMR bernama VOYGR yang merupakan reaktor SMR modular pertama dan satu-satunya yang telah menerima sertifikat persetujuan desain oleh U.S. Nuclear Regulatory Commission (US NRC).

Desain NuScale Power Module didasarkan pada teknologi reaktor berpendingin air bertekanan (PWR) yang telah proven, dan dikembangkan untuk memasok energi untuk pembangkit listrik, pemanasan distrik, desalinasi, produksi hidrogen skala komersial, dan aplikasi panas proses lainnya.

Kepala Organisasi Riset Teknologi Nuklir (ORTN) BRIN Rohadi Awaludin menjelaskan, saat ini, beberapa pemerintah daerah menawarkan daerahnya untuk mengembangan PLTN. Salah satu daerah yang cukup antusias adalah Kalimantan Barat.

Baca Juga: Target Bauran EBT Turun, Kepercayaan Investor Bisa Ikut Berkurang

Teknologi SMR NuScale ini bersifat modular, yaitu ada beberapa modul tergantung kebutuhan dan dapat dikembangkan secara bertahap.

“Keunggulan sistem modul ini adalah instalasi yang lebih cepat, biaya investasi yang lebih rendah serta fleksibilitas operasi dan pemeliharaannya. Rencananya akan ditawarkan untuk dibangun dengan kapasitas 462 MWe, sehingga dibutuhkan 6 modul, di mana satu paket modul kapasitasnya sebesar 77 MWe,” ujarnya (3/8/2023).

Tetapi sebenarnya masih dimungkinkan jika hanya ingin dibangun beberapa modul saja, misalnya 1 atau 2 modul serta dapat ditambahkan dan diatur sesuai dengan kebutuhan. Makanya salah satu kelebihan dari reaktor jenis ini adalah bisa diatur sesuai dengan kebutuhan.

Secara garis besar, dari sisi ekonomi, listrik yang dihasilkan PLTN jenis SMR ini diakui Rohadi akan sedikit lebih mahal dibanding dengan PLTN besar. Tetapi karena skala kecil, jika dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar diesel (BBM), harganya jelas akan kompetitif.

Hanya saja kalau dibanding dengan batubara, memang harga listrik dari batubara lebih murah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari