Kakao lokal belum mampu bersaing di pasar ekspor



JAKARTA. Panen kakao tahun ini diprediksi akan mengalami penurunan. Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (AEKI) Zulhefi Sukumbang menargetkan, panen kakao tahun ini hanya 500.000 ton hingga 550.000 ton saja. Angka itu menurun dari panen kakao tahun 2010 yang sebanyak 600.000 ton. "Seretnya produksi kakao terjadi karena stok bahan baku kakao yang berkurang akibat cuaca buruk," katanya. Tak cuma itu, industri kakao nasional pun selama ini kesulitan bersaing di pasar ekspor lantaran harga jual yang murah. Sebab, sebagian besar kakao yang dijual masih berupa bahan mentah. Sementara produksi kakao olahan masih sangat minim. Seluruh panen kakao yang sebanyak 600.000 ton tahun lalu, hanya sekitar 160.000 ton yang diproses untuk menjadi kakao olahan. Padahal, harga jual antara kakao mentah dan olahan cukup jauh.Harga kakao mentah saat ini di pasar internasional sekitar US$ 4.000 per ton. Sementara harga kakao olahan yang sudah berbentuk butter atau mentega, harganya bisa mencapai US$ 5.000 per ton. Karena alasan-alasan itulah, banyak pabrik kakao tidak berproduksi saat ini. Zulhefi bilang, dari 14 pabrik yang ada, hanya enam pabrik yang masih berjalan. "Masalah lain yang dihadapi industri ini adalah tidak adanya variasi produk yang ditawarkan sehingga daya saingnya rendah," ujarnya. Untuk itulah, ia pesimis target pemerintah yang menyebutkan akan menggenjot produksi kakao olahan tahun ini mencapai 280.000 bisa tercapai. "Kalau pun bisa, para industri yang sudah lama tertidur itu harus dibangunkan kembali, dengan catatan mereka harus berani membuat variasi produk dari bahan baku kakao menjadi bahan jadi," Ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini