Kalah dengan sawit, harga kopra tak kunjung naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kelapa kopra dilaporkan masih stabil di kisaran rendah Rp 6.000 per kilogram. Perubahan harga umumnya karena kualitas kopra kering yang kurang bagus.

Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) Amrizal Idroes menyatakan harga kopra untuk area Minahasa, Sulawesi Utara stabil di kisaran Rp 6.000 per kilo. "Harga itu tidak jauh berbeda untuk sepanjang tahun ini," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/8).

Penegasan tersebut ia nyatakan setelah sejumlah media melaporkan harga kopra menyentuh Rp 4.000 per kg. Menurutnya, harga di tingkat petani tidak mencapai serendah itu. Bila benar terjadi, kemungkinan kopra tersebut memiliki kualitas yang rendah atau berasal dari area yang terdalam sehingga terdiskon akibat perhitungan biaya transportasi.


Lebih lagi, penyerapan industri akan produk kopra menurutnya masih stabil. Tak hanya itu, walau harga masih rendah dan margin keuntungan petani relaitf tipis, Amrizal mengatakan, belum terjadi alih fungsi lahan dari kelapa buah menjadi kelapa sawit.

"Untuk sekarang belum ada orang menebang kelapa. Tapi cuma keluh karena petani cuma terima saja sesuai yang industri mau terima, tapi tidak ada pengalihan ke sawit," katanya.

Namun demikian, kondisi harga saat ini tidak menjadi cerminan yang baik bagi petani, karena hingga akhir tahun 2017 lalu petani mendapat untung di harga Rp 11.000 per kg. Tak hanya itu, yang membuat lesu lagi, petani juga diberatkan karena tidak mendapatkan fasilitas finansial seperti skema kredit usaha murah dari pemerintah. Amrizal menyampaikan pihaknya sedang mengupayakan bisa mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR) serta diversifikasi produk kopra. Salah satunya  dengan menjadikan batok kelapa menjadi arang.

Menanggapi kondisi harga kopra yang tidak kunjung naik, Ketua Umum Dewan Kelapa Indonesia Irawadi Jamaran menyatakan terjadi penurunan minat tanam di tingkat petani karena harga kopra olahan yang menjadi minyak kelapa kalah saing dengan minyak kelapa sawit. "Industri tidak ada masalah penyerapan, hanya masyarakat pilih minyak goreng yang lebih murah dari sawit," katanya.

Asal tahu, mengutip informasi Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, produksi kelapa nasional tahun 2015 mencapai 2,92 juta ton dengan luas lahan sebesar 3,59 juta hektare (ha). Proyeksi untuk beberapa tahun ke depan akan menurun. Estimasi pada tahun 2016,  produksi mencapai 2,89 juta ton dan luas lahan 3,57 juta ha, kemudian pada tahun 2017 mencapai 2,87 juta ton dengan luas areal lahan mencapai 3,54 juta ha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat