Kalahkan Rusia, Arab Saudi Jadi Pemasok Minyak Mentah Terbesar ke China



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Arab Saudi sukses jadi pemasok minyak mentah terbesar untuk China di tahun 2022, mengalahkan Rusia yang memotong harga minyaknya demi mengatasi sanksi Barat.

Mengutip Channel News Asia (CNA), Arab Saudi mengirimkan total 87,49 juta ton minyak mentah ke China pada tahun 2022, setara dengan 1,75 juta barel per hari.

Administrasi Umum Bea Cukai China pada hari Jumat (20/1) menunjukkan bahwa jumlah itu setara dengan level yang dicapai pada tahun 2021.


Kilang minyak China yang didukung negara sebagian besar memenuhi kontrak berjangka mereka dengan Saudi pada tahun 2022 meskipun permintaan domestik lesu.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Ditutup Menguat ke Penutupan Tertinggi Sejak 1 Desember 2022

Arab Saudi diperkirakan akan tetap menjadi pengekspor minyak mentah utama untuk China setelah kunjungan Presiden Xi Jinping ke Riyadh pada bulan Desember.

Saat itu, Xi memberi tahu para pemimpin kawasan Teluk bahwa China akan bekerja untuk membeli minyak dalam yuan China, bukan dolar AS.

Sementara itu, impor minyak mentah China dari Rusia melonjak 8% pada 2022 dari tahun sebelumnya menjadi 86,25 juta ton, setara dengan 1,72 juta barel per hari.

Minyak mentah Rusia telah diperdagangkan dengan diskon yang menarik setelah dirundung sanksi oleh Barat. China, yang berseberangan dengan Barat, dengan baik hati meningkatkan pengadaan minyak mentah dari Rusia.

Baca Juga: Kantongi Izin, JPMorgan dan Standard Chartered Siap Berekspansi di China

Pada bulan Desember saja China mendatangkan 6,47 juta ton minyak mentah dari Rusia, setara dengan 1,52 juta barel per hari. Namun, jumlah itu turun dari 1,7 juta barel per hari pada periode yang sama tahun 2021.

Selain dua negara itu, data otoritas bea cukai China juga menunjukkan bahwa impor minyak mentah dari Malaysia naik hampir dua kali lipat pada 2022 menjadi 35,68 juta ton.

China sebenarnya menjadi pembeli terbesar minyak Iran, namun sebagian besar ekspor Iran diganti namanya menjadi minyak mentah dari negara lain untuk menghindari sanksi AS.