PANGKAL PINANG. Tiga bulan terakhir sungguh menjadi pukulan berat bagi semua orang yang bekerja di pertambangan timah. Harga timah di London Stock Exchange yang selama ini menjadi acuan harga timah mencapai US$ 19.300 per metriks ton pada Jumat (23/12). Masa indah, harga timah mencapai puncaknya sebesar US$ 33.300 pada April lalu berlalu sudah. Jaka (39) tampak bersantai di tempat tinggalnya, sebuah gubuk bertenda biru yang berdiri di tengah areal pertambangan Air Jangkang, Merawang, Bangka. Sehari-harinya Jaka adalah penambang timah upahan di tambang inkonvensional (TI) yang menjadi mitra PT Timah Tbk. Hari itu, ia libur menambang karena hujan turun. Selain lebih sulit dan lebih boros biaya, menambang ketika hujan sama saja mencari risiko. Medan penambangan akan berbahaya, belum lagi petir yang mudah menyambar di tanah berkadar logam tinggi itu. Jaka harus merelakan rezekinya berkurang. Tak hanya karena cuaca, ia cuma bisa pasrah ketika upahnya harus dipangkas separuh. “Harga timah turun, jadi upah berkurang. Sekarang susah, Mbak, tenaga kerja di sini pada mengeluh, bos-bos juga banyak yang ngangkatin alat-alat,” tutur pekerja pendatang dari Lampung ini.
Kalau tidak menambang, penghasilan datang dari mana?
PANGKAL PINANG. Tiga bulan terakhir sungguh menjadi pukulan berat bagi semua orang yang bekerja di pertambangan timah. Harga timah di London Stock Exchange yang selama ini menjadi acuan harga timah mencapai US$ 19.300 per metriks ton pada Jumat (23/12). Masa indah, harga timah mencapai puncaknya sebesar US$ 33.300 pada April lalu berlalu sudah. Jaka (39) tampak bersantai di tempat tinggalnya, sebuah gubuk bertenda biru yang berdiri di tengah areal pertambangan Air Jangkang, Merawang, Bangka. Sehari-harinya Jaka adalah penambang timah upahan di tambang inkonvensional (TI) yang menjadi mitra PT Timah Tbk. Hari itu, ia libur menambang karena hujan turun. Selain lebih sulit dan lebih boros biaya, menambang ketika hujan sama saja mencari risiko. Medan penambangan akan berbahaya, belum lagi petir yang mudah menyambar di tanah berkadar logam tinggi itu. Jaka harus merelakan rezekinya berkurang. Tak hanya karena cuaca, ia cuma bisa pasrah ketika upahnya harus dipangkas separuh. “Harga timah turun, jadi upah berkurang. Sekarang susah, Mbak, tenaga kerja di sini pada mengeluh, bos-bos juga banyak yang ngangkatin alat-alat,” tutur pekerja pendatang dari Lampung ini.