JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) bakal memperluas fokus bisnisnya dari memproduksi obat, distribusi, hingga menyediakan obat langsung ke konsumen melalui pengembangan klinik kesehatan. Tahun ini, mereka akan menambah 20 unit klinik kesehatan di Bekasi dengan nilai investasi hingga mencapai Rp 40 miliar. Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius mengatakan saat ini mereka baru memiliki 27 unit klinik kesehatan bernama Mitrasana yang seluruhnya berada di wilayah Bekasi. Klinik-klinik yang akan dibangun pada tahun ini juga masih akan berlokasi di Bekasi. "Klinik kesehatan di Bekasi akan jadi pilot project, selanjutnya akan dikembangkan ke daerah lain," beber Vidjongtius, di sela-sela acara media forum Kalbe Farma, Kamis (23/2). Wilayah Bekasi dijadikan sebagai proyek percontohan karena penduduknya yang padat dan kondisi perekonomiannya yang terus berkembang. Tahun ini, Klinik Kesehatan Mitrasana akan dievaluasi. Selanjutnya tahun 2013, klinik akan dikembangkan di daerah lain di Jawa dan luar Jawa. Pembangunan klinik kesehatan sendiri membutuhkan dana investasi senilai Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar setiap unitnya. Menurut Vidjongtius, pengembangan klinik kesehatan akan memperkuat keberadaan kantor cabang Kalbe Farma yang berjumlah 65 unit di seluruh Indonesia. Setiap klinik akan memiliki minimal satu dokter dan satu apoteker. Obat yang disediakan di klinik hampir 100% obat generik. Tapi lebih dari setengahnya diambil dari produsen lain di luar Kalbe Farma. "Prinsipnya agar biaya pengobatan lebih terjangkau," kata Vidjongtius. Di sisi lain, Kalbe Farma juga tengah meningkatkan kapasitas pabrik obat generik sekitar 30% dari kapasitas sebelumnya. Hal itu diperoleh melalui pembangunan pabrik baru di Cikarang yang menelan dana investasi Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar. Pabrik itu rencananya akan diresmikan minggu depan. Klinik kesehatan Mitrasana, menurut Vidjongtius, sebenarnya merupakan proyek setengah Corporate Social Responsibility sehingga kontribusi terhadap total pendapatan perusahaan kurang dari 1%. Pengembangan klinik Mitrasana juga akan menggandeng apotik dan perusahaan asuransi. Langkah menggandeng perusahaan asuransi merupakan salah satu strategi dalam memanfaatkan pemberlakuan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) I pada tahun 2014 Konsumsi generik meningkat Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia, Darodjatun Sanusi melihat pemberlakuan BPJS yang mewajibkan seluruh penduduk Indonesia memiliki asuransi kesehatan akan mendongkrak konsumsi obat di dalam negeri. "Tahun 2014, konsumsi obat di Indonesia bisa meningkat dua setengah kali lipat," kata Darodjatun. Konsumsi obat di Indonesia pada tahun 2011 mencapai US$ 4,5 miliar baik obat resep maupun obat bebas. Dari jumlah itu, 11% di antaranya merupakan obat generik. Lonjakan permintaan obat yang paling menonjol pada tahun 2014 terutama akan terjadi pada obat generik. Pasalnya, permintaan obat lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan perusahaan asuransi yang menggunakan obat generik. Perusahaan farmasi masih memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi lonjakan permintaan obat pada tahun 2014. Maklum saat ini, utilisasi kapasitas perusahaan farmasi diperkirakan baru mencapai 40%. Namun, Darodjatun mengaku sulit menghitung berapa kapasitas nasional industri farmasi di Indonesia saat ini. M Dani Pratomo, Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) memprediksi pemberlakuan BPJS akan membuat harga obat jatuh. Hal itu terjadi karena perusahaan asuransi akan mendikte harga obat agar lebih murah. Posisi tawar perusahaan asuransi sangat besar karena memberikan jaminan pembelian obat dengan konsumen yang sangat besar. "Contohnya harga obat yang sekarang Rp 2.000, Rp 3.000 atau Rp 4.000 akan terjun bebas hingga Rp 500," kata Dani. Obat generik sendiri menurutnya memiliki kualitas yang sama dengan obat paten. Masyarakat menurutnya harus diedukasi agar menggunakan obat generik untuk menghemat belanja obat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kalbe bakal perbesar bisnis klinik kesehatan
JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) bakal memperluas fokus bisnisnya dari memproduksi obat, distribusi, hingga menyediakan obat langsung ke konsumen melalui pengembangan klinik kesehatan. Tahun ini, mereka akan menambah 20 unit klinik kesehatan di Bekasi dengan nilai investasi hingga mencapai Rp 40 miliar. Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius mengatakan saat ini mereka baru memiliki 27 unit klinik kesehatan bernama Mitrasana yang seluruhnya berada di wilayah Bekasi. Klinik-klinik yang akan dibangun pada tahun ini juga masih akan berlokasi di Bekasi. "Klinik kesehatan di Bekasi akan jadi pilot project, selanjutnya akan dikembangkan ke daerah lain," beber Vidjongtius, di sela-sela acara media forum Kalbe Farma, Kamis (23/2). Wilayah Bekasi dijadikan sebagai proyek percontohan karena penduduknya yang padat dan kondisi perekonomiannya yang terus berkembang. Tahun ini, Klinik Kesehatan Mitrasana akan dievaluasi. Selanjutnya tahun 2013, klinik akan dikembangkan di daerah lain di Jawa dan luar Jawa. Pembangunan klinik kesehatan sendiri membutuhkan dana investasi senilai Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar setiap unitnya. Menurut Vidjongtius, pengembangan klinik kesehatan akan memperkuat keberadaan kantor cabang Kalbe Farma yang berjumlah 65 unit di seluruh Indonesia. Setiap klinik akan memiliki minimal satu dokter dan satu apoteker. Obat yang disediakan di klinik hampir 100% obat generik. Tapi lebih dari setengahnya diambil dari produsen lain di luar Kalbe Farma. "Prinsipnya agar biaya pengobatan lebih terjangkau," kata Vidjongtius. Di sisi lain, Kalbe Farma juga tengah meningkatkan kapasitas pabrik obat generik sekitar 30% dari kapasitas sebelumnya. Hal itu diperoleh melalui pembangunan pabrik baru di Cikarang yang menelan dana investasi Rp 100 miliar hingga Rp 150 miliar. Pabrik itu rencananya akan diresmikan minggu depan. Klinik kesehatan Mitrasana, menurut Vidjongtius, sebenarnya merupakan proyek setengah Corporate Social Responsibility sehingga kontribusi terhadap total pendapatan perusahaan kurang dari 1%. Pengembangan klinik Mitrasana juga akan menggandeng apotik dan perusahaan asuransi. Langkah menggandeng perusahaan asuransi merupakan salah satu strategi dalam memanfaatkan pemberlakuan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) I pada tahun 2014 Konsumsi generik meningkat Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia, Darodjatun Sanusi melihat pemberlakuan BPJS yang mewajibkan seluruh penduduk Indonesia memiliki asuransi kesehatan akan mendongkrak konsumsi obat di dalam negeri. "Tahun 2014, konsumsi obat di Indonesia bisa meningkat dua setengah kali lipat," kata Darodjatun. Konsumsi obat di Indonesia pada tahun 2011 mencapai US$ 4,5 miliar baik obat resep maupun obat bebas. Dari jumlah itu, 11% di antaranya merupakan obat generik. Lonjakan permintaan obat yang paling menonjol pada tahun 2014 terutama akan terjadi pada obat generik. Pasalnya, permintaan obat lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan perusahaan asuransi yang menggunakan obat generik. Perusahaan farmasi masih memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi lonjakan permintaan obat pada tahun 2014. Maklum saat ini, utilisasi kapasitas perusahaan farmasi diperkirakan baru mencapai 40%. Namun, Darodjatun mengaku sulit menghitung berapa kapasitas nasional industri farmasi di Indonesia saat ini. M Dani Pratomo, Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) memprediksi pemberlakuan BPJS akan membuat harga obat jatuh. Hal itu terjadi karena perusahaan asuransi akan mendikte harga obat agar lebih murah. Posisi tawar perusahaan asuransi sangat besar karena memberikan jaminan pembelian obat dengan konsumen yang sangat besar. "Contohnya harga obat yang sekarang Rp 2.000, Rp 3.000 atau Rp 4.000 akan terjun bebas hingga Rp 500," kata Dani. Obat generik sendiri menurutnya memiliki kualitas yang sama dengan obat paten. Masyarakat menurutnya harus diedukasi agar menggunakan obat generik untuk menghemat belanja obat.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News