Kalbe Farma (KLBF) punya harapan lebih baik di kuartal I-2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2019, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) optimistis mencatatkan kinerja yang lebih baik dibanding sebelumnya. 

"Secara umum lebih baik sesuai dengan espektasi kita di awal tahun. Top line dan bottomline pun juga lebih baik," kata Direktur Utama Kalbe Farma, Vidjongtius ketika ditemui Kontan.co.id, Jumat (26/4). Ia menambahkan kondisi ini tidaklah signical, ia melihat di kuartal yang sama di tahun 2018 cenderung stagnan

Jika menilik kembali kinerja di kuartal I-2018, KLBF mencatatkan penjualan dan pendapatan usaha sebesar Rp 5,01 triliun, naik dari tahun 2017 yang sebesar Rp 4,90 triliun. Sementara itu, dari segi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 589,44 miliar naik dari yang sebelumnya 588,25 miliar.


Meskipun untuk kuartal I ini belum bisa membeberkan angka pastinya karena laporan kuartal I baru akan dirilis Senin pekan depan, Vidjongtius melihat bahwa pertumbuhan bisnis di kuartal I menunjukkan ke arah positif. Ambil contoh produk makanan dan minuman, tahun lalu tidak terlalu baik namun tahun ini justru sebaliknya.

Hal ini menjadi awalan yang baik karena ada rasa kepercayaan dari konsumen. Adanya optimisme dari pasien ke masyarakat umum yang meningkatkan permintaan. Selain itu dari sisi makro maupun mikro juga berpengaruh terhadap konsumsi.

Di tahun 2018 sebesar 22,9% atau Rp 4.822 miliar dari total penjualan bersih disumbangkan dari divisi obat resept perseroan. Divisi produk kesehatan menyumbang 16,9% atau Rp 3.569 miliar. Divisi Nutrisi menyumbang 29,9% atau setara Rp 6.308 miliar, dan divisi distribusi dan logistik menyumbang 30,3% setara dengan 5.970 miliar.

Sedikit berbeda untuk kuartal I ini, divisi obat resep menjadi produk yang banyak berkontribusi terhadap penjualan KLBF. Kemudian diikuti penjualan divisi obat bebas, nutrisi, lalu distribusi dan logistik.

Di kuartal I ini, KLBF telah menyelesaikan pembangunan pabrik infus di Pulau Gadung. Rencananya pabrik ini akan mulai beroperasi di kuartal III-2019 setelah mendapatkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Sementara itu, dua pabrik obat bebas dibangun di Cikarang, Bekasi.

Di tahun 2019 KLBF menggelontorkan capital expenditure (Capex) atau belanja modal lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 1,5 triliun dari Rp 1,2 triliun Belanja modal sebagian besar berasal dari internal perusahaan.

Capex ini diantaranya digunakan untuk membangun dua pabrik obat bebas yang ada di Cikarang. "Agak besar itu dananya, kurang lebih Rp 800 miliar," kata Vidjontius. Rencananya dua pabrik ini akan selesai di tahun 2020. Selain itu dana dimanfaatkan untuk cabang distribusi baru sebesar Rp 150 miliar.

Sebagai tambahan, di kuartal selanjutnya KLBF memprediksi akan naik bahkan memungkinkan hingga dua digit. Kenaikan ini dipengaruhi oleh momen ramadan. Biasanya momentum ini baik untuk barang-barang konsumen, tetapi kurang baik untuk obat resep.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .