JAKARTA. Setelah akuisisi Jakarta Monorail tidak terealisasi, Kalla Group mengincar proyek monorel milik pemerintah daerah di Sulawesi. Melalui anak usahanya yakni PT Bumi Sarana Beton, Kalla Group tengah melakukan studi kelayakan alias feasibility studies atas proyek monorel di Sulawesi Selatan. Fatimah Kalla, Direktur Utama Kalla Group mengatakan, panjang jalur monorel di Sulawesi ini sekitar 27,8 kilometer (km). "Hasil studi diperkirakan selesai Juni 2013 ini," ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu. Dengan demikian, proyek yang nilainya ditaksir mencapai Rp 3 triliun ini sudah bisa bergulir mulai 2014 mendatang. Menurut Fatima, pihaknya bisa saja menjalin mitra dengan pihak lain untuk menggarap proyek tersebut. Namun, ia belum tahu siapa calon mitra dan mekanisme bisnis yang akan terjalin. Ia akan menunggu pembukaan lelang proyek dari pemerintah daerah setempat terlebih dahulu. Selain di Sulawesi, menurut Fatimah, pihaknya juga telah melakukan pembicaraan awal dengan sejumlah pemerintah daerah lainnya. "Bandung dan Surabaya juga katanya tertarik untuk bikin monorel, dan kami sudah berbicara mengenai hal ini," tuturnya. Namun, hal itu sifatnya masih prematur. Sehingga, saat ini pihaknya akan fokus dulu terhadap studi kelayakan proyek monorel yang di Sulawesi. Terkait proyek monorel Jakarta, Kalla Group mengaku tidak maju ataupun mundur dari proses akuisisi saham Jakarta Monorail (JM). Pasalnya, grup perusahaan milik mantan Wakil Presiden M. Jusuf Kallla ini tidak pernah secara resmi menyatakan bersedia mengakuisisi saham JM.""Ketika itu kami ditawari, dan kami bilang akan lakukan feasibility studies," jelas Fatimah. Namun, ketika pihaknya meminta data sebagai bahan valuasi, manajemen Jakarta Monorail enggan memberikannya. Fatimah tidak tahu apa alasan pihak JM. Yang jelas, sebagai pelaku bisnis, ia tidak bisa sembarangan mengeksekusi suatu proyek tanpa tahu nilai kelayakan proyek bersangkutan terlebih dahulu. Oleh karena itu, lanjut Fatimah, Kalla Group tidak pernah menyatakan siap bergabung sebagai investor di dalam proyek tersebut. Jadi, "Kami tidak maju dan tidak mundur," pungkasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kalla Group garap monorel Sulawesi
JAKARTA. Setelah akuisisi Jakarta Monorail tidak terealisasi, Kalla Group mengincar proyek monorel milik pemerintah daerah di Sulawesi. Melalui anak usahanya yakni PT Bumi Sarana Beton, Kalla Group tengah melakukan studi kelayakan alias feasibility studies atas proyek monorel di Sulawesi Selatan. Fatimah Kalla, Direktur Utama Kalla Group mengatakan, panjang jalur monorel di Sulawesi ini sekitar 27,8 kilometer (km). "Hasil studi diperkirakan selesai Juni 2013 ini," ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu. Dengan demikian, proyek yang nilainya ditaksir mencapai Rp 3 triliun ini sudah bisa bergulir mulai 2014 mendatang. Menurut Fatima, pihaknya bisa saja menjalin mitra dengan pihak lain untuk menggarap proyek tersebut. Namun, ia belum tahu siapa calon mitra dan mekanisme bisnis yang akan terjalin. Ia akan menunggu pembukaan lelang proyek dari pemerintah daerah setempat terlebih dahulu. Selain di Sulawesi, menurut Fatimah, pihaknya juga telah melakukan pembicaraan awal dengan sejumlah pemerintah daerah lainnya. "Bandung dan Surabaya juga katanya tertarik untuk bikin monorel, dan kami sudah berbicara mengenai hal ini," tuturnya. Namun, hal itu sifatnya masih prematur. Sehingga, saat ini pihaknya akan fokus dulu terhadap studi kelayakan proyek monorel yang di Sulawesi. Terkait proyek monorel Jakarta, Kalla Group mengaku tidak maju ataupun mundur dari proses akuisisi saham Jakarta Monorail (JM). Pasalnya, grup perusahaan milik mantan Wakil Presiden M. Jusuf Kallla ini tidak pernah secara resmi menyatakan bersedia mengakuisisi saham JM.""Ketika itu kami ditawari, dan kami bilang akan lakukan feasibility studies," jelas Fatimah. Namun, ketika pihaknya meminta data sebagai bahan valuasi, manajemen Jakarta Monorail enggan memberikannya. Fatimah tidak tahu apa alasan pihak JM. Yang jelas, sebagai pelaku bisnis, ia tidak bisa sembarangan mengeksekusi suatu proyek tanpa tahu nilai kelayakan proyek bersangkutan terlebih dahulu. Oleh karena itu, lanjut Fatimah, Kalla Group tidak pernah menyatakan siap bergabung sebagai investor di dalam proyek tersebut. Jadi, "Kami tidak maju dan tidak mundur," pungkasnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News