KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pasca kepastian pemindahan Ibukota ke sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengaku siap memfokuskan proyek pipa transmisi gas Kalimantan. Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio ketika dihubungi Kontan.co.id mengungkapkan, sesuai dengan Forum Group Discussion di Palangkaraya, BPH Migas akan fokus pada beberapa Wilayah Jaringan Distribusi / Wilayah Niaga Tertentu (WJD/WNT).
Baca Juga: Dirut PGN diminta usulkan WJD, BPH Migas: Kami harap dua bulan selesai "Akan fokus ke sejumlah daerah yang diminati Badan Usaha di Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Balikpapan dan Samarinda," ungkap Jugi, Minggu (1/9). Sejauh ini menurut Jugi, dengan kepastian lokasi Ibukota yang baru bukan tidak mungkin pembangunan pipa transmisi akan melalui ruas tersebut. "Terutama jaringan gas kota untuk kebutuhan rumah tangga dan pelanggan kecil termasuk kebutuhan gas untuk listrik Ibukota," terang Jugi. Dalam FGD kali lalu di Palangkaraya, Jugi mengungkapkan, dua daerah yakni Samarinda dan Balikpapan menjadi incaran dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN). Jugi memastikan, BPH Migas merencanakan WJD/WNT akan memanfaatkan pasokan LNG dari Kilang Badak di Bontang. Jika nantinya permintaan gas semakin bertumbuh maka BPH Migas membuka peluang untuk membuat jaringan pipa transmisi. "Ini juga bergantung pada ketersediaan pasokan gas," jelas Jugi.
Baca Juga: Meski ada lelang, PGN masih tetap bisa kuasai wilayah jaringan distribusi Keyakinan ini, menurut Jugi berangkat dari kondisi di Jakarta yang saat ini merupakan Ibukota negara. Kebutuhan gas yang besar tidak sebanding dengan ketersediaan pasokan yang dekat.
Masih menurut Jugi, BPH Migas masih akan melakukan FGD lanjutan di Pontianak pada September ini. Mengutip catatan Kontan.co.id, proyek pipa transmisi gas trans Kalimantan disebut memakan biaya Rp 35 triliun hingga Rp 40 triliun.
Director Chief Operating Officer (COO) Bakrie Indo Infrastructure A.D Erlangga mewakili PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) yang dihubungi Kontan.co.id bilang lelang nantinya akan terbagi menjadi sejumlah ruas. "Yang kami tahu lelang akan terbagi menjadi beberapa ruas, namun untuk salah satu ruas Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan sudah dipastikan pemenangnya BNBR sehingga tidak dilelang," ungkap Erlangga, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Lelang Jaringan Distribusi Gas Ancam Jaringan Perusahaan Gas Negara (PGAS) Asal tahu saja, BNBR merupakan pemenang lelang ruas Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan sepanjang 600 km yang dimenangkan sejak 2008 silam. Berdasarkan data BPH Migas, sepanjang 2018 hingga 2027 terjadi surplus pasokan gas untuk wilayah Kalimantan. Puncak pasokan terjadi pada 2024 yang diperkirakan sebesar 2.609,49 MMscfd yang terdiri dari supply eksisting sebesar 1.388,09 MMscfd, project on going sebesar 26,91 MMscfd serta beroperasinya proyek Indonesia Deepwater Development dan ENI yang akan berkontribusi sebesar 1.218,20 MMscfd. Erlangga menyebut, BNBR melihat proyek ini sebagai proyek yang potensial namun perseroan tetap menaruh perhatian pada ketersediaan supply dan demand. "Ada rencana ikut lagi, kami sedang Feasibility Study (Fs) untuk lihat kajian pasarnya," jelas Erlangga. Lebih jauh Erlangga memastikan pembangunan pipa transmisi dilakukan bertahap sesuai arahan BPH Migas. "Sejauh ini sudah terbangun 200 km Kepondang-Tambak Lorok sementara pembangunan lain semisal ada permintaan demand dan supply berjarak 80 km maka akan kita bangun sejauh itu," ujar Erlangga.
Baca Juga: Wilayah jaringan gas PGN kini wajib dilelang kembali, ada 21 perusahaan bersaing Masih menurut Erlangga, proyek ini belum masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional sehingga segala biaya investasi ditanggung oleh pemenang lelang. Ia berharap pemerintah bisa mempertimbangkan agar proyek ini masuk menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini