KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Presiden Kamala Harris mengalami penurunan dalam jajak pendapat menjelang debat penting melawan Donald Trump. Survei terbaru dari
The New York Times menunjukkan Trump unggul tipis dengan perolehan 48% suara dari pemilih potensial, sementara Harris memperoleh 47%. Ini merupakan penurunan pertama Harris sejak ia menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, dan memicu kekhawatiran di dalam tim kampanye Harris bahwa "bulan madu" politiknya mungkin telah berakhir.
Baca Juga: George W. Bush Bush Tetap Bungkam Soal Pilihannya di Pemilu Presiden AS 2024 Faktor Penurunan Popularitas
Penurunan dukungan ini terjadi setelah bulan Agustus yang disebut sebagai "bulan euforia" bagi Harris, tetapi sejumlah analis memperingatkan bahwa penurunan ini mungkin merupakan gejala awal dari tren yang lebih besar. Sejumlah 28% pemilih menyatakan bahwa mereka perlu mengetahui lebih banyak tentang Harris, dibandingkan hanya 9% yang merasa sama terhadap Trump. Hal ini mencerminkan kritik bahwa Harris dinilai kurang kuat dalam hal kebijakan. Selain itu, penurunan popularitas ini juga disebabkan oleh pengunduran diri Robert F. Kennedy Jr dari pemilihan, yang secara tidak langsung memperkuat posisi Trump. Beberapa pemilih yang sebelumnya mendukung Kennedy tampaknya beralih ke Trump, sementara dukungan untuk Harris mulai melemah.
Baca Juga: Ungguli Trump, Harris Kantongi Dana Kampanye US$ 404 juta Persiapan untuk Debat yang Krusial
Debat televisi antara Harris dan Trump yang dijadwalkan pada Selasa malam diprediksi menjadi momen penting dalam pemilu ini. Harris dikabarkan tengah mempersiapkan diri secara intensif, dengan latihan di panggung tiruan di Pittsburgh bersama penasihat yang berperan sebagai Trump. Di sisi lain, persiapan Trump lebih improvisasional, dengan para pembantunya yang mengingatkan kebijakan-kebijakan kunci yang telah diambilnya selama masa jabatannya. Para analis politik menilai bahwa tantangan utama bagi Harris adalah menunjukkan perbedaan visi antara dirinya dan Trump serta mengingatkan rakyat Amerika bahwa mereka sudah sejalan dengan kebijakan yang diusung Harris. Namun, Trump diperkirakan akan menggunakan pendekatan agresif dan kemungkinan akan terlibat dalam serangan pribadi, meskipun beberapa penasihatnya menyarankan untuk tetap fokus pada kebijakan.
Baca Juga: Usulan Pajak Kamala Harris, Goldman Sachs Sebut Bisa Pangkas Laba Perusahaan Implikasi Politik dan Strategi Kampanye
Penurunan popularitas Harris diperkirakan akan memicu perubahan strategi kampanye. Sejumlah penasihat senior dari Partai Republik menyarankan Trump untuk tetap berpegang pada kebijakan dalam debat mendatang, meskipun ada kekhawatiran bahwa serangan pribadi bisa merusak citranya. Sebaliknya, Harris harus menghindari terjebak dalam retorika yang terlalu umum dan harus menunjukkan kepemimpinan yang kuat sebagai calon presiden. Jajak pendapat ini juga menunjukkan perbedaan signifikan dalam preferensi pemilih berdasarkan jenis kelamin. Perempuan cenderung mendukung Harris dengan selisih 11 poin, sementara laki-laki lebih memilih Trump dengan keunggulan 17 poin. Dukungan untuk Harris juga lebih kuat di kalangan pemilih muda dan kelompok minoritas seperti kulit hitam dan Latino.
Editor: Handoyo .