Kamala Harris Sebut Iran Sebagai Musuh Utama Amerika Serikat



KONTAN.CO.ID - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) sekaligus calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, dengan tegas menyebut Iran sebagai musuh utama negara. Titel itu diberikan lantaran Iran menyerang Israel dengan rudal balistik baru-baru ini.

Dalam wawancaranya dengan kanal televisi CBS hari Senin (7/10), Harris menyebut nama Iran saat ditanya tentang negara mana yang dianggapnya sebagai musuh terbesar AS.

"Tangan Iran berlumuran darah Amerika. Yang perlu kita lakukan adalah memastikan bahwa Iran tidak akan pernah mencapai kemampuan untuk menjadi negara berkekuatan nuklir. Itu adalah salah satu prioritas utama saya," kata Harris.


Di masa kampanye ini, Harris berulang kali berjanji untuk terus mempersenjatai Israel, meskipun banyak bukti menunjukkan pelanggaran Israel di Gaza dan Lebanon.

Baca Juga: AS Habiskan Lebih dari US$ 20 Miliar untuk Membantu Israel dan Menyerang Yaman

Melihat Iran Sebagai Musuh Utama AS

Pernyataan Harris itu sekaligus mengembalikan kawasan Timur Tengah sebagai perhatian utama AS.

Dalam beberapa tahun terakhir, AS selalu menjadikan rivalitas strategis dengan China sebagai prioritas utama kebijakan luar negerinya.

Pada tahun 2022 misalnya, Pentagon dengan jelas melabeli China sebagai “tantangan yang menghambat” AS. Pentagon melihat China mampu menimbulkan risiko jangka panjang.

Baca Juga: Netanyahu Tebar Ancaman: Lebanon Bisa Bernasib Seperti Gaza

Awal tahun ini pun dokumen Strategi Keamanan Nasional AS menggambarkan persaingan dengan China sebagai "tantangan geopolitik paling penting" yang dihadapi negara.

AS juga telah memasukkan invasi Rusia ke Ukraina sebagai perhatian utama, terbukti dengan dukungan militer dan keuangan dalam jumlah besar untuk Ukraina.

Awal bulan ini Harris menyebut Iran sebagai negara yang berbahaya sambil mengecam serangan rudal negara itu ke Israel.

"Saya berpikiran jernih: Iran adalah kekuatan yang tidak stabil dan berbahaya di Timur Tengah. Serangan serangan terhadap Israel hanya semakin menunjukkan fakta itu," kata Harris pada 1 Oktober lalu, dikutip Aljazeera.