Kamala Harris Tak Akan Tinggal Diam Terhadap Penderitaan di Gaza



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menegaskan tidak akan tinggal diam terhadap penderitaan di Gaza. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Harris menyampaikan komitmennya terhadap eksistensi dan keamanan Israel, namun juga menekankan banyaknya warga sipil tak bersalah yang menjadi korban perang.

Harris, yang menjadi calon presiden dari Partai Demokrat setelah Presiden Joe Biden memutuskan tidak mencalonkan diri kembali, mengungkapkan keprihatinannya atas tragedi yang terjadi di Gaza.

Baca Juga: Pejabat Hamas: Pidato Netanyahu Tunjukkan Tak Ingin Ada Kesepakatan Gencatan Senjata

Komitmen Terhadap Israel dan Kepedulian Terhadap Gaza


Dalam pernyataannya, Harris menegaskan bahwa apa yang terjadi di Gaza selama sembilan bulan terakhir sangat menghancurkan.

"Gambar anak-anak yang meninggal dan orang-orang yang putus asa, kelaparan, mencari keselamatan, kadang-kadang terpaksa mengungsi untuk kedua, ketiga, atau keempat kalinya," ujarnya.

"Kita tidak bisa berpaling dari tragedi ini. Kita tidak bisa membiarkan diri kita menjadi kebal terhadap penderitaan. Dan saya tidak akan diam," tambahnya.

Harris juga menekankan bahwa dirinya telah mendesak Netanyahu untuk menyetujui proposal gencatan senjata yang didukung oleh Amerika Serikat.

"Saatnya perang ini berakhir dengan cara di mana Israel aman, semua sandera dibebaskan, penderitaan rakyat Palestina di Gaza berakhir, dan rakyat Palestina dapat menjalankan hak mereka untuk kebebasan, martabat, dan menentukan nasib sendiri," tambahnya.

Dukungan Terhadap Hak Israel dan Pengecaman Terhadap Hamas

Harris kembali menegaskan dukungannya terhadap hak Israel untuk membela diri, sambil mengecam Hamas sebagai "organisasi teroris yang brutal".

Dia juga menyebutkan nama lima warga negara AS yang diyakini berada dalam tahanan Hamas di Gaza serta dua lainnya yang jenazahnya diyakini berada di wilayah tersebut.

"Saya telah bertemu dengan keluarga para sandera Amerika ini beberapa kali, dan saya telah memberitahu mereka bahwa mereka tidak sendirian dan saya berdiri bersama mereka, dan Presiden Biden serta saya bekerja setiap hari untuk membawa mereka pulang," katanya.

Kompleksitas dan Nuansa Konflik

Mengakui perpecahan mengenai Israel dan Gaza, Harris juga mengajak warga Amerika untuk memahami "kompleksitas" dan "nuansa" dari konflik ini.

"Terlalu sering, percakapan ini bersifat biner, padahal kenyataannya tidak demikian," ujarnya.

Meskipun pernyataan Harris tidak menunjukkan perbedaan kebijakan yang signifikan dengan Biden, namun penekanan kuatnya terhadap penderitaan rakyat Palestina memberikan kontras dengan upaya Biden yang lebih tenang dan melalui saluran belakang untuk menahan Israel.

Posisinya dalam Partai Demokrat

Kebijakan Biden mengenai Gaza telah membuat fraksi progresif di Partai Demokrat serta banyak warga Muslim-Amerika kecewa, terutama di Michigan, negara bagian penting yang dianggap krusial untuk hasil pemilihan November mendatang.

Al Jazeera melaporkan bahwa Harris lebih banyak berbicara mengenai penderitaan rakyat Palestina dibandingkan Biden, bahkan saat dia berusaha memperkuat kredensialnya sebagai pendukung Israel.

"Dia berbicara tentang jumlah kelaparan. Jumlah orang yang kekurangan makanan. Jumlah orang yang harus pindah beberapa kali. Dia berbicara tentang melihat gambar anak-anak yang meninggal," kata Patty Culhane dari Al Jazeera.

"Anda tidak melihat itu di media AS. Anda tidak melihatnya di halaman depan surat kabar. Hampir tidak sama sekali. Sangat sedikit diskusi tentang penderitaan rakyat di Gaza," terangnya.

Baca Juga: Profil Wakil Presiden AS Kamala Harris, Mampukah Dia Mengalahkan Trump?

Rekam Jejak Harris dalam Mendukung Israel

Selama masa jabatannya di Senat AS yang dimulai pada 2017, perjalanan luar negeri pertamanya adalah ke Israel, dan salah satu tindakan pertamanya di kantor adalah memperkenalkan resolusi yang menentang resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk Israel.

Harris juga berbicara di konvensi tahunan Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC) tahun itu, mengatakan kepada audiens bahwa hubungan antara AS dan Israel "tidak bisa dipisahkan" dan "kita tidak boleh membiarkan siapa pun memecah belah kita."

Dalam sebuah wawancara dengan situs berita Israel, Ynet, yang diterbitkan pada hari Selasa, Duta Besar Israel untuk AS, Michael Herzog, mengatakan bahwa catatan keseluruhan Harris "positif", tetapi dia telah membuat "beberapa pernyataan yang bermasalah" tentang perang di Gaza.

Editor: Handoyo .