Kamboja Siap Berdialog Demi Akhiri Konflik Perbatasan dengan Thailand



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Kamboja menyatakan siap menggelar dialog bilateral kapan saja untuk menghentikan konflik bersenjata yang kembali pecah di perbatasannya dengan Thailand.

Pernyataan itu disampaikan penasihat senior Perdana Menteri Hun Manet, Suos Yara, pada Selasa (9/12/2025), di tengah saling tuduh kedua negara telah melanggar gencatan senjata yang sebelumnya ditengahi Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Bentrok kembali memanas sepanjang perbatasan darat kedua negara yang mencapai 817 kilometer. 


Konflik yang sudah berlangsung dua hari ini melibatkan penggunaan senjata berat, menyusul runtuhnya kesepakatan gencatan senjata yang disepakati untuk mengakhiri putaran bentrokan pada Juli lalu.

Baca Juga: Konflik Meletus! Thailand-Kamboja Saling Serang, Warga Sipil Jadi Korban

Sedikitnya 13 orang tewas dan ratusan ribu warga mengungsi dari kedua sisi perbatasan. Namun, hingga kini kedua pemerintah terlihat enggan mengendurkan sikap dan memulai negosiasi.

“Katakanlah satu jam dari sekarang kedua pihak sepakat duduk bersama dan mulai berkomunikasi. Itu akan menjadi langkah yang sangat baik,” ujar Suos Yara dalam wawancara video dengan Reuters dari Phnom Penh.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Thailand menegaskan bahwa Kamboja harus menunjukkan itikad baik dan mengambil langkah pertama untuk meredakan ketegangan. 

Ia menolak adanya mediasi pihak ketiga. Pada Juli lalu, Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sempat memfasilitasi perundingan untuk menghentikan konflik yang telah menewaskan sedikitnya 48 orang. 

Keduanya juga hadir saat penandatanganan perpanjangan perjanjian gencatan senjata pada Oktober.

Baca Juga: Perang Meletus, Thailand Kerahkan F-16 Bombardir Kamboja

Thailand berulang kali menuduh Kamboja melanggar kesepakatan tersebut, termasuk dengan menanam ranjau darat baru. Insiden ledakan ranjau yang melukai seorang tentara Thailand bulan lalu membuat Bangkok menarik diri dari pakta itu. 

Kamboja membantah tudingan tersebut dan menyatakan tetap mematuhi kesepakatan damai Oktober. “Ranjau bukan alasan untuk perang,” tegas Suos Yara.

Di tengah baku tembak yang masih berlangsung, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul pada Selasa kembali menutup pintu dialog dan menegaskan bahwa pemerintah sepenuhnya mendukung operasi militer yang sedang berjalan.

Selanjutnya: Italy's Eni Discovers Major Gas Reserves Off Borneo in Indonesia

Menarik Dibaca: Main Kapan? Jadwal Timnas Indonesia U-22 vs Myanmar U-22 di SEA Games 2025