KAMI & BAMED Menuju New York Fashion Week



KONTAN.CO.ID - Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Selasa (31/1) melepas keberangkatan tujuh brand fashion asal Indonesia menuju New York Fashion Week ( NYFW) di New York, Amerika Serikat.

Tahun ini, ajang pekan mode bergengsi di dunia itu akan berlangsung 9-14 Februari. Sesuai agenda, tujuh brand Indonesia akan meluncur di runway NYFW pada tanggal 13 Februari sebagai bagian dari Indonesia Now.   Tujuh jenama (brand) dimaksud adalah Kami., Buttonscarves, Zeta Prive, AM by Anggiasari, Lenny Hartono, Nada Puspita, dan Ayu Dyah Andari x BT Batik Trusmi.   Disupport oleh Bamed yang merupakan Klinik Kesehatan Keluarga Indonesia, Kami., salah satu dari jenama itu, membawa koleksi Charaka yang terinspirasi dari kekayaan lokal, yaitu Kain Tapis Lampung. Rombongan Kami. akan berangkat Kamis (2/2) pagi menuju New York.   Pekan Mode New York merupakan pagelaran pekan mode yang diselenggarakan pada bulan Februari dan September setiap tahunnya di New York City, Amerika Serikat. Pekan mode ini merupakan salah satu dari "empat besar" di  dunia (bersama dengan Paris, London, dan Milan).   Dikutip dari media digital Slate, pekan mode (fashion week) biasanya berlangsung setiap musim, seperti gugur, semi, dingin, dan panas. Dalam ajang tersebut, para desainer akan mempersembahkan koleksi terbaru mereka untuk dipamerkan di depan pers, pembeli ritel, maupun kritikus fesyen. Desainer Indonesia hampir tak pernah absen mengikuti ajang bergengsi itu.   Bahasa Jepang   Tiga sekawan sedari SMA, Istafiana Candarini, Nadya Karina, dan Afina Candarini, membangun merek baju Muslim Kami. sejak 2009, meyakini NWFW merupakan panggung efektif untuk memasarkan produk mereka ke dunia internasional. Setelah berbincang dengan sahabat SMA yang lain, dr. Ratu Abigail Audity, BMedSc., MSi., yang merupakan founder Bamed, setuju untuk mensupport Kami. tampil di Pekan Mode di AS itu.   Nama “Kami.” berasal dari bahasa Jepang yang berarti “Tuhan.” Sejak 2009, bertahun-tahun Kami. menciptakan koleksi kecil, seperti kalung dan selendang lalu berkembang menjadi koleksi baju dan celana siap pakai yang diminati.   Kami. telah membuktikan eksistensinya di pasar global dengan mengikuti fashion show internasional di Korea, Fashion Mode 2018 di S-Factory, Seoul. Dengan 25 butik yang tersebar dari Sumatera sampai Sulawesi dan 4 butik yang direncanakan tahun ini termasuk salah satunya di Kuala Lumpur, Malaysia, Kami. membuktikan eksistensinya di dunia Muslim/modest fashion Indonesia. Pertumbuhan 40-60% per tahun, membuat Kami. menjadi salah satu brand modest yang memang diminati pecinta fashion tanah air, bahkan muslimah Asia Tenggara.   Sejalan dengan cita-cita Indonesia untuk menjadi pusat fashion modest dan muslim dunia. "New York Fashion Week 2023 menjadi target baru Kami. demi mewujudkan cita-cita bersama tersebut. Diharapkan para modest dan muslim fashion dari seluruh dunia akan melirik acara berskala Internasional ini, dan akan meningkatkan perhatian mereka terhadap modest dan muslim fashion Indonesia," kata Afina Candarini.   "Semangat kawan-kawan untuk meletakkan busana Muslim dalam peta mode dunia itulah yang kami support, " ujar Audy, panggilan akrab dr. Ratu Abigail Audity yang bersama dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG, SubSpFER, MSc, yang mengelola Bamed, akan menyertai rombongan Kami.. Bamed  belakangan memang memberi perhatian dan dukungan kepada talenta-talenta muda Indonesia yang berbakat di berbagai bidang.   Di Pekan Mode New York, Kami. akan memperagakan 10 koleksi terbaru mereka. Seperti disebut di awal koleksi yang mereka bawa ke Amerika Serikat bertema Charaka yang terinspirasi dari kekayaan lokal, Kain Tapis Lampung. Garis kain itu bersih dan rapi membentuk siluet dengan pendekatan modern. Ditambah, bentuk geometris diterjemahkan ke dalam pola dan sulaman  menggunakan teknik anyaman yang biasa digunakan oleh seniman lokal di Sumatera Selatan untuk memproduksi Tapis. Kain Tapis disakralkan karena berhubungan dengan kehidupan, baik lingkungan maupun Sang Pencipta Alam Semesta.     Sejak Perang Dunia II   Pekan Mode New York adalah pagelaran pekan mode yang diselenggarakan pada bulan Februari dan September setiap tahunnya di New York City, Amerika Serikat.   Pekan Mode New York (yang awalnya disebut "Press Week") adalah pekan mode yang pertama kali diselenggarakan di dunia. Mulai diselenggarakan pada tahun 1943, pagelaran ini dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian industri mode Amerika dari mode Perancis selama Perang Dunia II, di mana pada saat itu para pekerja mode tidak bisa berangkat ke Paris untuk menyaksikan peragaan busana Prancis.   Publisis mode Eleanor Lambert kemudian menyelenggarakan sebuah acara yang dinamainya "Press Week" untuk memeragakan busana-busana rancangan desainer Amerika kepada jurnalis mode, yang sebelumnya mengabaikan karya-karya mereka. Press Week ini sukses, dan majalah-majalah seperti Vogue – yang awalnya berkiblat pada mode Paris dan London – mulai menampilkan karya-karya desainer Amerika.

Pada awalnya, pagelaran Pekan Mode New York diselenggarakan di Bryant Park, tetapi sejak 2009 dipindahkan ke Lincoln Center. Pada tahun 2009, pagelaran ini dinamai Pekan Mode Mercedes-Benz untuk alasan sponsor.   Penyelenggara resmi Pekan Mode New York sejak 1962 adalah The Council of Fashion Designers of America (CFDA) merupakan lembaga asosiasi industri mode Amerika Serikat.  Tahun lalu (berlangsung 9 - 14 September)  karena bertepatan dengan ulang tahun ke 60 CFDA pagelaran berlangsung sangat meriah.   Sekitar 100 desainer mempresentasikan koleksi terbarunya, yakni Spring/Summer 2023 di runway New York Fashion Week, dibuka dengan show dari Proenza Schouler dan ditutup dengan runway show Tom Ford.   Selain peragaan busana dan karya desainer, juga paling ditunggu dari pekan mode adalah kehadiran para selebriti dunia yang sedang naik daun. Begitu selalu NYFW. Di dalam kegiatan fashion dunia yang sangat meriah itulah desainer Indonesia akan tampil merebut perhatian.


Baca Juga: Mendag Zulkifli Hasan: Jakarta Muslim Fashion Week Menuju New York Fashion Week

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti