JAKARTA. Pekan depan, pasokan bahan bakar minyak subsidi jenis premium dan solar terancam langka di wilayah DKI Jakarta. Pasalnya, dalam tiga hari ke depan, kuota solar dan premium untuk seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah ibu kota diperkirakan bakal habis.Vice President Communication PT Petamina (Persero) Ali Mundakir menjelaskan, per 13 September 2012, konsumsi BBM bersubsidi jenis premium di DKI Jakarta telah mencapai 1,49 juta kiloliter (kl) dari kuota tahun ini, 1,55 juta kl. "Premium di Jakarta tersisa 52.000 kl saja," ungkapnya, akhir pekan lalu.Padahal, konsumsi premium di ibu kota mencapai sekitar 6.500-7.000 kl per hari. Dengan demikian, kuota bahan bakar jenis premium yang tersisa hanya akan cukup memenuhi kebutuhan para pengguna mobil dan motor selamasepekan, atau sampai Kamis (20/9) pekan ini.Menurut Ali, menipisnya kuota bahan bakar di DKI Jakarta juga terjadi pada BBM bersubsidi jenis solar. Tanpa menyebutkan jumlah sisa kuota solar, dia bilang, pasokan bahan bakar tersebut juga akan habis dalam beberapa hari ke depan. "Pasokan solar di Jakarta tidak jauh berbeda dengan premium," imbuhnya.Meskipun keberadaan premium dan solar terancam langka di DKI Jakarta, PT Pertamina mengaku tidak khawatir. Pasalnya, pemerintah telah mengajukan tambahan kuota BBM berubsidi ke DPR RI sebanyak 4 juta kl dari rancangan awal kuota 40 juta kl. Usulan tambahan kuota ini, akan dibahas pemerintah dan DPR RI pada Senin (17/9) ini.Ali menyebut, pihaknya optimis, pengajuan tambahan kuota akan disetujui DPR RI mengingat BBM bersubsidi masih sangat dibutuhkan masyarakat. Harga BBM non subsidi seperti pertamax, disparitas harganya cukup menyolok sehingga akan memberatkan masyarakat. Saat ini, harga pertamax mencapai Rp 9.700 seliter, sedangkan harga premium hanya mencapai Rp 4.500 per liter.Menurutnya, sembari menunggu keluarnya keputusan DPR RI terkait tambahan pasokan BBM bersubsidi, Pertamina akan merealisasikan konversi kerosene (minyak tanah) menjadi premium. Selain itu, Pertamina juga akan mengalihkan jumlah kuota premium dari suatu daerah ke wilayah lainnya yang pasokan bahan bakar sudah habis. Sejatinya, langkah konversi minyak tanah menjadi premium hanya dapat menyelesaikan kekukarangan pasokan untuk jangka pendek. Pasalnya, hasil konversi kuota minyak tanah hanya dapat menghasilkan premium sebanyak 500.000 kl.Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andi Noorsaman Sommeng menuturkan, secara nasional, sisa volume BBM bersubsidi mencapai 10 juta kl. Rinciannya, premium sebanyak 6 juta kl, solar 3 juta kl, dan sisanya kerosene. "Seluruhnya diperkirakan akan habis pada November mendatang," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kamis, kuota premium di Jakarta bakal habis
JAKARTA. Pekan depan, pasokan bahan bakar minyak subsidi jenis premium dan solar terancam langka di wilayah DKI Jakarta. Pasalnya, dalam tiga hari ke depan, kuota solar dan premium untuk seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di wilayah ibu kota diperkirakan bakal habis.Vice President Communication PT Petamina (Persero) Ali Mundakir menjelaskan, per 13 September 2012, konsumsi BBM bersubsidi jenis premium di DKI Jakarta telah mencapai 1,49 juta kiloliter (kl) dari kuota tahun ini, 1,55 juta kl. "Premium di Jakarta tersisa 52.000 kl saja," ungkapnya, akhir pekan lalu.Padahal, konsumsi premium di ibu kota mencapai sekitar 6.500-7.000 kl per hari. Dengan demikian, kuota bahan bakar jenis premium yang tersisa hanya akan cukup memenuhi kebutuhan para pengguna mobil dan motor selamasepekan, atau sampai Kamis (20/9) pekan ini.Menurut Ali, menipisnya kuota bahan bakar di DKI Jakarta juga terjadi pada BBM bersubsidi jenis solar. Tanpa menyebutkan jumlah sisa kuota solar, dia bilang, pasokan bahan bakar tersebut juga akan habis dalam beberapa hari ke depan. "Pasokan solar di Jakarta tidak jauh berbeda dengan premium," imbuhnya.Meskipun keberadaan premium dan solar terancam langka di DKI Jakarta, PT Pertamina mengaku tidak khawatir. Pasalnya, pemerintah telah mengajukan tambahan kuota BBM berubsidi ke DPR RI sebanyak 4 juta kl dari rancangan awal kuota 40 juta kl. Usulan tambahan kuota ini, akan dibahas pemerintah dan DPR RI pada Senin (17/9) ini.Ali menyebut, pihaknya optimis, pengajuan tambahan kuota akan disetujui DPR RI mengingat BBM bersubsidi masih sangat dibutuhkan masyarakat. Harga BBM non subsidi seperti pertamax, disparitas harganya cukup menyolok sehingga akan memberatkan masyarakat. Saat ini, harga pertamax mencapai Rp 9.700 seliter, sedangkan harga premium hanya mencapai Rp 4.500 per liter.Menurutnya, sembari menunggu keluarnya keputusan DPR RI terkait tambahan pasokan BBM bersubsidi, Pertamina akan merealisasikan konversi kerosene (minyak tanah) menjadi premium. Selain itu, Pertamina juga akan mengalihkan jumlah kuota premium dari suatu daerah ke wilayah lainnya yang pasokan bahan bakar sudah habis. Sejatinya, langkah konversi minyak tanah menjadi premium hanya dapat menyelesaikan kekukarangan pasokan untuk jangka pendek. Pasalnya, hasil konversi kuota minyak tanah hanya dapat menghasilkan premium sebanyak 500.000 kl.Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andi Noorsaman Sommeng menuturkan, secara nasional, sisa volume BBM bersubsidi mencapai 10 juta kl. Rinciannya, premium sebanyak 6 juta kl, solar 3 juta kl, dan sisanya kerosene. "Seluruhnya diperkirakan akan habis pada November mendatang," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News