Kampanye Kamala Harris Jadi Target Peretas Asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam dunia politik modern, keamanan siber menjadi isu krusial yang tidak bisa diabaikan.

Baru-baru ini, perhatian dunia tertuju pada masalah keamanan siber yang melibatkan kampanye presiden di Amerika Serikat. Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat, dan tim kampanye Donald Trump menjadi pusat perhatian terkait dengan serangan siber dan upaya intervensi asing.

Peringatan dari FBI: Ancaman Terhadap Kampanye Kamala Harris

Menurut laporan terbaru yang diterbitkan oleh NBC, kampanye Kamala Harris menerima peringatan dari FBI mengenai kemungkinan adanya upaya intervensi asing.


FBI menginformasikan bahwa sistem keamanan siber kampanye Harris telah menjadi target dari usaha peretasan oleh pihak-pihak asing. Peringatan ini memicu kekhawatiran baru tentang kemungkinan campur tangan asing dalam pemilihan umum di AS.

Baca Juga: Jajak Pendapat Trump Vs Harris 2024: Harris Unggul dalam Survei Terbaru

Tim kampanye Harris menegaskan bahwa mereka memiliki langkah-langkah keamanan siber yang kuat dan belum ada indikasi bahwa sistem mereka telah berhasil diterobos. Pernyataan ini bertujuan untuk meyakinkan publik bahwa kampanye mereka tetap aman dari potensi ancaman.

Kasus Donald Trump: Upaya Phishing dan Tindakan FBI

Sementara itu, kampanye Donald Trump juga menghadapi masalah keamanan siber. Trump mengklaim bahwa kampanyenya telah menjadi sasaran upaya phishing melalui email, yang diduga dilakukan oleh pihak-pihak dari Iran.

Phishing adalah teknik penipuan di mana pelaku mencoba memperoleh akses tidak sah ke data sensitif dengan menyamar sebagai entitas yang terpercaya.

FBI mengonfirmasi bahwa mereka sedang menyelidiki upaya peretasan ini dan mengevaluasi kemungkinan campur tangan asing dalam kampanye Trump.

Baca Juga: Elon Musk Katakan Obrolannya dengan Trump di X Tertunda Akibat Aksi Peretasan

Laporan menunjukkan bahwa beberapa anggota staf kampanye Biden-Harris juga menerima email phishing yang dirancang untuk terlihat sah, dengan tujuan memberikan akses kepada intruder untuk informasi email yang lebih luas.

Perbandingan dengan Kasus 2016

Kasus ini mengingatkan kita pada peristiwa pemilihan presiden 2016, ketika Rusia diduga melakukan peretasan terhadap sistem email Partai Demokrat. Peretasan ini berujung pada pengungkapan informasi yang merugikan kampanye Hillary Clinton melalui WikiLeaks, yang diyakini bertujuan untuk melemahkan kampanye Clinton dan membantu Trump.

Editor: Handoyo .