KONTAN.CO.ID - Tinggal sejengkal lagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level 6.000. Hal ini seiring dengan posisi indeks yang kembali mencetak rekor
all time high. Pada perdagangan Rabu (23/8), indeks mendarat di zona hijau dengan penguatan 33,73 poin atau 0,57% ke level 5.914,02. Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital mengatakan, tidak menutup kemungkinan level 6.000 bisa ditembus di sisa bulan ini. Ada dua hal yang menjadi pendorongnya.
Pertama, Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin ke level 4,5%. Penurunan tersebut seharusnya bakal diikuti dengan turunnya bunga kredit perbankan, sehingga hal ini akan membuka peluang meningkatnya permintaan kredit. Artinya, kinerja sektor perbankan berpotensi menjadi lebih moncer lagi. "Sehingga, saham sektor perbankan bisa terapresiasi oleh sentimen tersebut," ujar Alfred kepada KONTAN. Perlu diingat, kapitalisasi pasar sektor perbankan setara sekitar 25% terhadap total kapitalisasi pasar IHSG. Dengan posisi seperti itu, butuh kenaikan setidaknya sekitar 4% di saham sektor perbankan untuk menutup gap 86 poin atau sekitar 1% lagi bagi indeks untuk menyentuh level 6.000. Tapi, IHSG tidak hanya diisi sektor perbankan. Ada saham sektor lain seperti properti, komoditas dan masih banyak lagi. Jadi, beban sebesar 4% itu tidak hanya ditanggung oleh saham sektor perbankan, tapi bisa dibagi ke sektor lain, properti misalnya. Apalagi sentimen turunnya suku bunga biasanya diikuti oleh meningkatnya permintaan kredit properti. Hal ini bisa membuat saham sektor properti ikut teraptresiasi. "Dengan penurunan suku bunga acuan itu, kepercayaan diri pasar juga meningkat," ujar Alfred. Faktor kedua yang membuka peluang indeks menuju 6.000 lebih lebar adalah, dana asing juga kembali masuk. Bahkan, secara tren dana asing bakal ramai-ramai kembali masuk memasuki bulan September. Total sudah ada sekitar Rp 702,07 miliar dana asing yang masuk di seluruh pasar dalam dua hari terakhir.
Turunnya suku bunga acuan itu bukan hanya memberikan sentimen positif bagi sektor perbankan, tapi juga makro ekonomi secara keseluruhan. Sektor komoditas masih memberikan sinyal harga yang stabil. Sektor konstruksi juga kembali prospektif seiring dengan mulai terjawabnya isu pendanaan. Alfred menambahkan, masih ada sentimen kejutan lain yang bisa mendorong indeks, yakni belanja pemerintah dan neraca perdagangan Indonesia sisa empat bulan tahun ini yang diprediksi membaik. "Kami juga belum merevisi target IHSG, masih tetap target di level 6.100-6.200," pungkas Alfred. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini