JAKARTA. Sempat melemah pada tahun lalu, industri semen nasional tahun ini diprediksikan merangkak naik. Sang pemicu tak lain adalah geliat proyek infrastruktur pemerintah dan mulai bertumbuhnya bisnis properti. Kondisi ini tentu berimbas positif ke PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), sebagai pemain utama industri semen nasional. Tahun lalu, SMGR harus puas dengan penurunan laba bersih sebesar 18,76% year-on-year (yoy). Wendy Chandra, analis Yuanta Securities Indonesia, memprediksi, prospek bisnis SMGR membaik. Proyek infrastruktur pemerintah akan mendorong kinerja perusahaan. Ini tecermin dari porsi penjualan semen curah SMGR yang naik.
Tahun lalu, penjualan semen curah menyumbang 30% total penjualan, naik dari posisi 2014 yang setara 23% total penjualan. "Proyek pembangunan pemerintah pasti melibatkan SMGR," ujar dia kepada KONTAN, Rabu (2/3). Di sisi lain, pencapaian SMGR tahun lalu terganggu kebijakan pemerintah yang menurunkan harga semen Rp 3.000 per kantong. Penurunan bottom line memang terjadi, tapi tak terlalu mengganggu kinerja SMGR secara keseluruhan. Yang jelas, SMGR masih terdepan di industri semen nasional. Selain intervensi harga, Robertus Yanuar Hardy, analis Reliance Securities, menilai, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut menekan kinerja SMGR. Nah, di tahun ini, perseroan harus bisa memanfaatkan setiap kesempatan untuk menggandakan pertumbuhan bisnis. Robertus mengatakan, tren peningkatan permintaan semen domestik sudah mulai terlihat sejak akhir tahun lalu. Ini lantaran proyek infrastruktur pemerintah membutuhkan konsumsi semen curah. Tentu pilihannya adalah SMGR. Kinerja SMGR di awal tahun ini juga cukup baik. Hingga akhir Januari lalu, emiten BUMN ini meraih pertumbuhan penjualan 7%. Artinya proyek pemerintah sangat mempengaruhi kinerja SMGR. Dengan nilai tukar yang stabil dan bergulirnya proyek pemerintah, SMGR dapat meningkatkan volume penjualan sekaligus melakukan efisiensi terhadap beban nilai tukar.