Kapal baru topang bisnis Soechi Lines tahun depan



JAKARTA. PT Soechi Lines Tbk  optimistis kinerja tahun depannya bakal menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan lini bisnis utama perseroan, yakni distribusi migas untuk PT Pertamina (Persero).

Tahun depan, distributor dengan kode saham SOCI ini menyiapkan dana US$ 80 juta. Duit tersebut akan digunakan perseroan untuk membeli tujuh kapal berkapasitas 30.000 hingga 100.000 deadwight tonnage (dwt).

"Kapal ini akan digunakan seluruhnya untuk distribusi minyak ke Pertamina," ujar Direktur Keuangan Soechi Paula Marlina kepada KONTAN, (19/12).


Selama ini, ada 200 unit kapal yang mendistribusikan minyak ke Pertamina. Dari jumlah tersebut, 30 kapal diantaranya adalah kapal milik Soechi dan 60 kapal lain milik pemain sejenis. Dengan pembelian kapal baru, berarti tahun depan ada 37 kapal Soechi yang bertugas mendistribusikan minyak ke Pertamina.

Untuk catatan, hingga semester I tahun ini, Soechi membukukan pendapatan US$ 54,77 juta dan pendapatan hingga akhir tahun ini diprediksi naik dua kali lipat dari pendapatan semester I menjadi US$ 108 juta. Nah, dengan penambahan tujuh kapal baru tersebut, manajemen optimistis mampu meraup kenaikan pendapatan 60% atau setara dengan US$ 172 juta.

Sementara, untuk laba bersihnya minimal bakal dijaga dengan peforma bottom line perseroan dalam tiga tahun terakhir. "Pertumbuhan laba bersih kami sekitar 30% CAGR dalam tiga tahun terakhir," imbuh Paula.

Perlu diingat juga, Soechi sempat merevisi target initial public offering (IPO) lantaran tertekan sentimen makro, khususnya soal pelemahan kurs dan tren penurunan harga komoditas, dalam hal ini minyak dunia. Hal ini sepintas dapat diartikan jika bisnis yang dijalankan Seochi juga bakal dipengaruhi oleh kondisi ekonomi tahun depan.

"Tapi enggak seperti itu, karena itu hanya masalah sentimen, sentimen makro yang mempengaruhi investor menahan diri masuk pasar modal. Soal bisnis juga sama, fluktuasi  ekonomi memang terus terjadi, tapi bisnis distribusi kami tetap berjalan," jelas Paula.

Apalagi, minyak telah menjadi kebituhan primer masyarakat, yang artinya permintaan akan komoditas ini bakal terus meningkat. Sehingga, terjadinya fluktuasi harga minyak dunia tetap membuat Pertamina harus memperbesar produksi minyak tahun depan. Sebelumnya, Pertamina telah memiliki rencana peningkatan produksi tahun depan sekitar 9% dari progonosa 2014.

"Kami juga yakin, fluktuasi makro hanyalah proses dari perekonomian Indonesia yang terus berkembang," pungkas Paula.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie